Thursday 29 September 2011

Khadijah al-Kubra Radhiyallahu Anha


In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Khatijah Radhiyallahu Anha adalah orang pertama yang memeluk Islam. Ia menduduki tempat terhormat sebagai istri pertama Nabi Muhammad Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Waktu ia menikah, Muhammad Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berusia 25 tahun, dan Khadijah 40 tahun.

Pada hari yang telah ditentukan, sanak keluarga Muhammad, termasuk bapa saudara nya Abu Thalib dan Hamzah Radhiyallahu Anhu, berkumpul di rumah Khadijah Radhiyallahu Anha. Abu Thalib-lah yang memberikan kata sambutan dalam upacara pernikahan mereka.

Nabi Muhammad tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup. Khadijah sempat mendampingi Muhammad 25 tahun lamanya setelah perkawinan, dan meninggal dunia 3 tahun sebelum Hijrah.

Khadijah memberikan 6 anak, 2 laki-laki: Qasim dan Abdullah, keduanya meninggal waktu masih bayi dan 4 orang anak wanita: Fathimah az-Zahra, Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum. Karena Qasim-lah kadang-kadang Nabi disebut Abul Qasim (ayah Qasim). Anaknya - Zainab - dinikahkan dengan sepupu Zainab.

Kedua anak perempuan lainnya, Ruqaya Radhiyallahu Anha dengan Usman Radhiyallahu Anhu dan Ummi Kalsum Radhiyallahu Anha juga dengan Usman Radhiyallahu Anhu setelah Ruqaya meninggal dunia. Fathimah az-Zahra Radhiyallahu Anha, anak yang paling disayang Nabi, dinikahkan dengan Ali Radhiyallahu Anhu. Keturunan penerus Nabi ialah melalui anak laki-laki Fathimah az-Zahra, Hasan dan Husain.

Kecuali Ibrahim yang juga meninggal dunia dalam usia muda, semua anak Nabi diperoleh dari perkawinan beliau dengan Khadijah. Rumah kediaman Khadijah kemudian dibeli oleh Amir Muawiya dan diubah menjadi masjid. Sampai sekarang, masjid itu masih menggunakan nama wanita agung itu.

Tatkala Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri 2 orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da'wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam: Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Asad.

Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu'minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya. Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'.

Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda:

"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa." Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada hal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.

Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah Subhanahuwataala membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, kepadanya pada masa hidupnya.

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Jibril Alayhis Sallam. datang kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, dia berkata: "Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan."

(Fadhaail Ashhaabin Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, Imam Adz-Dzahabi berkata : "Keshahihannya telah disepakati.")


Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah Radhiyallahu Anha adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Khadijah Radhiyallahu Anha membawa panji bersama Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya.

Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita. Betapa tidak, karena Khadijah Radhiyallahu Anha adalah pendukung Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat- ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah Subhanahuwataala.

Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.

Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata: "Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ?

Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam menceritakan kisahnya kepada Khadijah Radhiyallahu Anha. Khadijah Radhiyallahu Anha berkata: "Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pakcikku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini."

Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam tidak mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya.

Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal. Itulah dia, Khadijah Radhiyallahu Anha, yang Allah Subhanahuwataala telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril Alayhis Sallam menyampaikan salam itu kepada Rasul Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam seraya berkata kepadanya:

"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda: "Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah Radhiyallahu Anha menjawab: "Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."

Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah Radhiyallahu Anha pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya.

Sesungguhnya Khadijah Radhiyallahu Anha merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Khadijah Radhiyallahu Anha mendampingi Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda:

"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia."

( HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118)


Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata :"Jibril datang kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, lalu berkata: "Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan."

(Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539)



ManasyeKing: Hamden bolly WORD: Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu/dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia)


Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia,serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”