Wednesday 28 September 2011

Kisah Seorang Ansar 'סיפור של אנסאר'

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Muslim dan lain-lainnya memberitakan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Ada seorang laki-laki menemui Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam seraya berkata, "Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar." Beliau mengirim seseorang untuk meminta kepada salah seorang istri beliau.

Namun dia juga tidak mempunyai apa pun kecuali air minum. Kemudian utusan itu disuruh menemui istri beliau yang lain, namun jawabannya juga sama, begitu pula ketika menemui semua istri beliau. Maka beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di tempat itu, "Barangsiapa malam ini berkenan menjamu tamu, niscaya Allah akan merahmatinya."

Ada seseorang dari Anshar  bangkit berdiri seraya berkata, "Aku wahai Rasulullah." Lalu orang Anshar ini pulang menuju tempat tinggalnya dan bertanya kepada istrinya, "Apakah engkau mempunyai makanan?" "Tidak ada, kecuali makanan untuk anak-anak," jawab istrinya.

"Lipurlah mereka dengan sesuatu. Jika mereka minta makan malam, bujuklah agar mereka tidur. Jika tamu kita sudah datang, matikan lampu dan tampakkan bahwa seakan-akan kita sudah makan."

Dalam riwayat lain disebutkan, "Jika tamu kita hendak makan, hampirilah lampu dan matikan." Ketika tamunya sedang makan, orang Anshar dan istrinya hanya duduk saja, sehingga malam itu mereka berdua harus menahan lapar. Pada keesokan harinya mereka berdua bertemu Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam, lalu beliau Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam bersabda, "Allah pun merasa takjub karena perbuatan kalian berdua terhadap tamu itu. Dalain riwayat lain ditambahi, lalu turun ayat,

Firman Allah Taala: "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." (Al-Hasyr: 9).

Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib. *yakni (Anshar: Sahabat Nabi dari madinah (Muhajirin: Sahabat Nabi dari Mekah)

Bukhary dan An-Nasa'y juga memberitakannya. Dalam riwayat Musliin lainnya disebutkan nama orang Anshar itu, yaitu Abu Thalhah Radhiyallahu Anhu, seperti yang disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir, 4:338.

Cara Sahabiyah Radhiyallahu Anha Berinfaq 'איך Sahabiyat תרומה'

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ahmad dan Abu Ya'la memberitakan dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, dia berkata, "Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam memasuki tempat tinggalku dengan raut muka yang muram. Karena khawatir beliau sakit, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa muka engkau nampak muram?" Beliau menjawab, "Karena 7 dinar yang kemarin kita terima, tapi hingga petang hari wang itu masih berada di bawah kasur." Di dalam riwayat lain disebutkan, "Dan kita belum menginfakkannya".

Menurut Al-Haitsamy, 10/2381 rijalnya shahih.


Al-Bukhary memberitakan di dalam Adabul-Mufrad, hal. 43, dari Abdullah bin Az-Zubair Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Aku tidak melihat 2 orang wanita yang lebih murah hati daripada Aisyah dan Asma' (Radhiyallahu Anha) sekalipun caranya berbeda. Aisyah (Radhiyallahu Anha) biasa mengumpulkan sedikit demi sedikit, dan setelah terkumpul dalam jumlah yang banyak, dia membagi-bagikannya. Sedangkan Asma' (Radhiyallahu Anha) tidak pernah menyimpan sedikit pun hingga esok hari.


Infak Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq memberitakan dari Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha, dia berkata, "Saat Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam hijrah ke Madinah dan Abu Bakar menyertai beliau, maka Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak 5 atau 6 ribu dirham. Datokku yang buta, Abu Qahafah memasuki rumah seraya berkata,

"Demi Allah, menurutku Abu Bakar telah membuat kalian risau karena semua hartanya dia bawa."

"Tidak atok, masih banyak kebaikan yang dia tinggalkan bagi kita," kata Asma'.

Lalu aku mengambil kerikil-kerikil dan kuletakkan di sebuah lubang di dalam rumah, yang di tempat itulah biasanya Abu Bakar meletakkan hartanya, kemudian kuletakkan kain di atasnya. Kupegang tangan atok, sambil kukatakan kepadanya,

"Letakkan tangan atok ditempat penyimpanan harta ini."

Setelah meraba tempat itu, datoknya berkata, "Tak apalah jika dia meninggalkan harta ini bagi kalian. Dia memang telah berbuat yang terbaik, dan sudah cukup bagi kalian." Padahal demi Allah, ayahku tidak meninggalkan apa pun bagi kami. Aku berbuat seperti itu dengan maksud untuk membuat agar  atok ku merasa tenang."

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 3:179. Ahmad dan Ath-Thabrany juga mentakhrij yang seperti ini. Menurut Al-Haitsamy, 6: 59, rijal Ahmad shahih, kecuali Ibnu Ishaq. Tapi juga ditegaskan bahwa dia memang mendengarnya.

Menganjurkan BerInfaq 'מאורגן תרומה'

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Muslim dan An-Nasa'y memberitakan dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Pada tengah hari selagi kami sedang berada di sisi Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, tiba-tiba muncul sekumpulan orang yang menyandang pedang, pakaiannya compang-camping hampir telanjang dan juga berkaki ayam.

Mereka semua berasal dari Bani Mudhar. Muka beliau nampak muram saat melihat keadaan mereka yang miskin itu. Lalu beliau masuk ke dalam rumah dan menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan. Seusai shalat beliau menyampaikan bayan dan membacakan ayat,

"Wahai sekalian manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya - Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya - zuriat keturunan - lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu". (An-Nisa': Ayat 1).

Beliau juga membacakan surat Al-Hasyr: Ayat 18,

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan."

Beliau menganjurkan agar mereka mengeluarkan shadaqah dan infak. Sehingga ada yang bershadaqah dari sebagian dinarnya, dari sebagian dirhamnya, kain, gandum dan kormanya, bahkan ada yang bershadaqah hanya dengan separoh buah kurma.

Ada pula seseorang dari Anshar membawa bungkusan di tangannya, hingga dia hampir saja tidak kuat membawanya. Sampai akhirnya terkumpul 2 tumpuk makanan dan kain. Kulihat muka Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berseri-seri, lalu beliau bersabda,

"Barangsiapa memberi contoh yang baik dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengerjakannya setelah itu, tanpa ada yang dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa memberi contoh yang buruk dalam Islam, maka dia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah itu, tanpa ada yang dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka."

Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 1:53.

Nasihat Rakyat kepada Pemimpin ' עצה נציגי הנהלת אל '

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Abu Nu'am memberitakan dari Muhammad bin Suqah, dia berkata, "Aku menemui Nu'aim bin Abu Hindun, yang kemudian dia mengeluarkan selembar kertas, yang di atasnya tertulis:

"Dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab (Radhiyallahu Anhu). Kesejahteraan semoga dilirnpahkan kepadamu.

Amma ba'd.

Kami nasihatkan kepadamu, sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah menjadi pemimpin ummat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-masing harus engkau perlakukan secara adil.

Maka fikirkan kedudukanmu dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang suatu hari yang pada saat itu wajah-wahah manusia akan mengisut, wajah mengering dan hujjah-hujjah akan terputus karena ada hujjah Yang  Maha  Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya.

Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut.

Kami berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu alaika."

(Al-Hilyah, 1:238, Ibnu Abi Syaibah juga mengeluarkannya, seperti yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:209, Ath-Thabrany seperti di dalam Al-Majma', 5:214, dan menurutnya, rijalnya tsiqat).

Amir yang Selamat dari Adzab Allah Ta'ala

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ditakhrijkan oleh At-Thabrani dari Abu Wail Shaqiq bin Salamah sesungguhnya Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhu telah melantik Bashar bin Asim Radhiyallahu Anhu untuk memungut zakat penduduk Hawazin. Bashar Radhiyallahu Anhu telah melewat-lewatkan kepergiannya lalu beliau telah ditemui oleh Umar Radhiyallahu Anhu dan telah berkata kepadanya, "Apakah yang telah menyebabkanmu terlambat?".

Adakah kamu tidak mendengar dan tha’at kepada perintah kami?". Bashar Radhiyallahu Anhu. berkata, "Tidak, melainkan aku telah mendengar Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda,

"Barang siapa yang menjadi ketua bagi sesuatu urusan kaum Muslimin, maka ia akan datang pada hari kiamat sehingga ia akan berdiri di atas sebuah jembatan Neraka. Jika ia telah melakukan kebaikan, ia akan selamat. Jika telah melakukan kejahatan, jembatan itu akan runtuh lalu ia akan terjatuh ke dalam api Neraka tersebut selama 70 tahun".

Abu Dzar Radhiyallahu Anhu telah berkata kepada Umar Radhiyallahu Anhu. "Adakah kamu telah mendengar sesuatu dari Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam?" Umar Radhiyallahu Anhu pun menjawab. "Tidak". Abu Dzar Radhiyallahu Anhu berkata, "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda,

'Barangsiapa yang bertanggungjawab ke atas urusan kaum Muslimin, ia akan datang pada hari kiamat sehingga ia akan berdiri di atas sebuah jembatan neraka. Jika beliau melakukan melakukan kebaikan dalam tanggungjawabnya ia akan selamat. Jika sebaliknya jembatan itu akan rubuh dan ia akan tejatuh ke dalam neraka itu selama tujuh puluh tahun dan Neraka itu amat gelap dan hitam'.

Maka hadis yang mana satukah yang lebih menggetarkan hatimu?". Umar Radhiyallahu Anhu mejawab, "Kedua-duanya. Oleh itu adakah sesiapa yang mau mengambil jabatan Khalifah ini?". Abu Dzar Radhiyallahu Anhu pun berkata, "Hanya orang yang hidungnya telah terpotong dan pipinya telah dilekapkan diatas tanah yang akan mengambil alih jabatan ini.

Adapun aku tidak mengetahui melainkan jabatan Khalifah ini baik untuk mu. Karena jika kamu memberikan jabatan Khalifah ini kepada seseorang yang tidak akan berlaku adil, kamu juga akan menanggung dosa bersama dengannya".

Sebagaimana dalam kitab At-Targhib. Ditakhrijkan juga oleh Abdul Razak, Abu Nu'aim Abu Said An-Naqashi, Al-Baghowi dan Ad-Daruqutni dari jalur Sawid sebagaimana dalam kitab Al-Kanz. Ditakhrijkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mundah dari selain galur Sawid sebagaimana dalam kitab Al-Isobah.

Yang Layak Menjadi Amir אמיר להיות זכאי

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Telah ditakhrijkan oleh At-Tirmidzi dan di hasankannya, Ibmu Majah, Ibnu Hibban dan lafadznya oleh Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya, Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam telah mengutus satu jema'ah yang terdiri dari beberapa orang.

Sebelum mengutus mereka keluar, Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam telah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari setiap orang dari mereka. Baginda Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam telah mendatangi seorang lelaki yang paling muda di antara mereka lalu bertanya, "Adakah kamu menghafal Al-Qur'an?". Lelaki itu menjawab, "Ya, aku hafal beberapa surah dan surah Al-Baqarah".

Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bertanya lagi, "Apakah kamu hafal surah Al-Baqarah?". Pemuda itu menjawab, "Ya". Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam pun bersabda, "Pergilah, kamu adalah amir mereka". Seorang lelaki dari kalangan mereka berkata, "Demi Allah! Kami takut untuk menghafalnya sekiranya kami terpaksa mengamalkannya".

Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam telah bersabda, "Belajarlah Al-Qur'an dan bacalah ia, karena sesungguhnya perumpamaan Al-Qur'an itu bagi sesiapa yang mempelajarinya dan membacanya adalah seperti kasturi yang tersebar baunya di setiap tempat. Barang siapa yang mempelajarinya dan menyimpannya adalah seumpama tempat penyimpanan yang mengandung kasturi yang tertutup".

Sebagaimana dalam kitab At-Targhib.


Ditakhrijkan oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Kunya dari Asy-Sya'shy seumpamanya katanya, Umar bin Khathab telah berkata, "Tunjukkanlah kepadaku seorang lelaki yang patut aku lantik sebagai amir untuk menguruskan hal ihwal kaum Muslimin?". Mereka menjawab, "Abdul Rahman bin Auf (Radhiyallahu Anhu)". Umar Radhiyallahu Anhu berkata, "Dia seorang tua yang lemah". Mereka bertanya, "Siapakah yang kamu kehendaki?". Umar Radhiyallahu Anhu menjawab,

Seorang lelaki, jika ia menjadi Amir mereka, ia menjadi seolah-olah orang biasa di antara mereka, dan apabila mereka ia tidak menjadi Amir mereka, ia seolah-olah adalah amir mereka.

Merekapun berkata, "Tidaklah kami ketahui seorangpun kecuali Ar-Rabi' bin Ziyad Al-Haris". Umar Radhiyallahu Anhu pun berkata, "Kamu benar."

Sebagaimana dalam kitab Al-Kanz

Menebar Salam 'Spreading Greetings' הפצת ברכות


In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Sallallaahu `Alayhi`waa `Sallam bersabda: "Kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kamu kerjakan niscaya kamu sekalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam diantaramu sekalian."

(HR. Muslim)


Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berkata: "Adalah kami bila melihat seseorang muncul dari kejauhan, selalu mendahuluinya dengan salam sebelum ia mengucapkannya."

(at-Targhib)


Dari Zuhrah bin Khumaishah Radhiyallahu Anhu berkata: "Aku bersama Abu Bakar menaiki seekor unta. Setiap kali kami melewati suatu kaum kami mengucapkan salam kepada mereka. Kemudian mereka membalas salam kami lebih banyak dari apa yang kami katakan. Abu Bakar lalu berkata: "Hari ini manusia mengutamakan kita dengan kebaikan yang banyak."

Pada suatu hari Umar bin Khaththab pergi mengadukan perihal Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, Ali bin Abi Thalib tidak pernah mendahului mengucapkan salam kepadaku." Mendengar pengaduannya, Rasulullah segera memanggil Ali Radhiyallahu Anhu untuk datang. Lalu Rasulullah bertanya kepadanya: "Ya Ali, benarkah engkau tidak pernah memberikan salam terlebih dahulu kepada Umar?"

Ali Radhiyallahu Anhu menjawab: "Ya Rasulullah, hal itu kulakukan karena sabdamu yang menyebutkan: "Siapa yang mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan memberikan baginya istana di surga." Karena itulah, ya Rasulullah, aku selalu ingin Umar mendahuluiku mengucapkan salam agar ia mendapat istana di surga."

Memberi Salam

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Diberitakan oleh Abu Nu'aim di dalam Al-Hilyah dari At-Tufail bin Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu Anhu bahwa beliau suatu ketika telah datang menemui Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma. dan pergi bersamanya ke pasar.

Kata At-Tufail, "Apabila kami berjalan ke pasar pada waktu pagi itu, Abdullah Radhiyallahu Anhu telah memberi salam kepada siapa saja yang ditemuinya, tidak kira mereka orang-orang yang menjalankan jual beli, orang miskin dan kepada siapapun mereka. Oleh sebab itu aku pun pergi kepadanya pada suatu hari dan beliau telah mengajakku ke pasar.

Aku pun bertanya kepadanya, 'Apakah yang kamu lakukan di pasar sedangkan kamu tidak melakukan sebarang penjualan di sana, tidak menanyakan harga barang untuk dibeli, kamu tidak menimbang atau menukar barang di sana dan kamu tidak juga duduk di dalam majelis-majelis di pasar tersebut?' Aku pun menyuruhnya duduk saja ditempat itu untuk berbincang".

Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu pun berkata kepadaku, "Wahai si perut besar! Adapun kita ke sana semata-mata untuk memberi salam dan hendaklah kamu memberi salam kepada siapa saja yang kamu temui".

Diberitakan oleh Malik dari At-Tufail bin Ubai bin Ka'ab  Radhiyallahu Anhu seumpama dengannya.


Di dalam riwayat lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma berkata, "Adapun kita ke pasar semata-mata untuk memberi ucapan salam maka hendaklah kamu memberi salam kepada orang yang kamu temui".

Diberitakan oleh Al-Bukhari di dalam Al-Adab dari At-Tufail bin Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu Anhu. seumpama dengannya.


Di dalam riwayat Abu Nu'aim di dalam Al-Hilyah dari Muhammad bin Ziyad katanya, "Aku telah memegang tangan Abu Umamah Radhiyallahu Anhu sedang beliau dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Tidaklah beliau melewati seorangpun baik orang Islam, Nasrani, kecil atau besar melainkan beliau memberikan ucapan salam kepadanya. Beliau berkata,

Salamun 'alaykum. Salamun 'alaykum (kesejahteraan ke atas kamu)!

Apabila beliau sampai di depan pintu rumahnya, beliau berpaling ke arah kami seraya berkata,"Wahai anak saudaraku! Nabi kami telah memerintahkan kami agar menyebarkan salam di kalangan kami".

Di dalam riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adab dari Basyir bin Yasar katanya, "Tiada seorangpun mendahului atau bersegera dalam memberi salam selain dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma".

Diberitakan oleh At-Tabarani dengan isnad Hasan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu katanya, "Kami bersama-sama dengan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam di zamannya. Aapabila kami berpisah dan dipisahkan oleh sebatang pohon, maka kami akan memberikan ucapan salam apabila kami saling bertemu di antara satu dengan yang lain".

Sebagaimana dalam At-Targhib. Diberitakan oleh Al-Bukhari di dalam Al-Adab.

Penderitaan para Sahabat Radhiyallahu Anhum

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ibnu Ishak menceritakan dari Said bin Jubair Radhiyallahu Anhu katanya, aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu: Apakah kaum Musyrikin sangat berlebih-lebihan saat menyiksa para sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam supaya mereka mau meninggalkan agama mereka?

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menjawab: Benar, demi Allah, mereka akan memukul siapa saja yang mereka dapati, mereka melaparkan dan menahan air darinya, sehingga orang Muslim itu tidak sanggup lagi duduk kerana beratnya penanggungan yang dideritainya.

Kadang-kadang difitnahnya supaya mengaku hal-hal yang membahayakan kepercayaannya, seperti disuruhnya mengaku, bahwa berhala Laata dan Uzza itu adalah 2 tuhan selain dari Allah. Sampai ada kalanya diakui oleh si Muslim itu kerana tidak tertanggungnya lagi penyiksaan yang dideritanya.

(Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:59)


Ibnul Mundzir, Thabarani, Hakim, Ibnu Mardawaih dan Baihaqi juga telah meriwayatkan dari Said bin Manshur dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu Anhu dia berkata: Tatkala Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan para sahabatnya berlindung kepada kaum Anshar, semua kaum Arab seiya sekata keluar memburu mereka, sehingga mereka tidak tidur melainkan di samping mereka ada senjata, dan begitu pula pada siang hari ke mana-mana mereka pergi mesti membawa senjata bersamanya.

Mereka lalu berkata sesama mereka: Bilakah masanya, kita dapat hidup dengan aman sentosa, tiada siapa pun yang mengancam, tidak ada yang kita takuti lagi selain Allah saja. Maka turunlah ketika itu firman Allah yang bermaksud: Allah menjanjikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan beramal sholih, akan diberikan kuasa kepada mereka di muka bumi ini hingga akhirnya.

(Kanzul Ummal 1:259)


Ibnu Asakir dan Abu Ya'la dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu dia berkata: Pernah kami keluar dengan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam di antara kami ada 6 orang yang bergilir-gilir menunggang, berganti-gantian, sehingga pecah-pecah kaki kami, ada yang sampai tercabut kukunya, kami lalu membungkus kaki kami dengan kain kerana terlalu banyak luka. Dan kerana itu dinamakan Ghazwah (perang) ini perang Zaatir Riqak, yaitu berbungkus-bungkus kaki.


(Kanzul Ummal 5:310)





Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen).

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen





Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”

Semangat Anak-anak Untuk Berjihad

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


lbnu Abi Syaibah telah memberitakan dari As-Sya'bi, bahwa ada seorang wanita menyerahkan sebilah pedang kepada anaknya pada hari perang Uhud, tetapi malangnya sang anak tidak kuat mengangkatnya, lalu pedang itu diikatkannya pada lengan anak itu. Kemudian dia mengajak anak itu menemui Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam seraya berkata kepadanya:

Ya Rasulullah! Ini anakku, dia dapat mempertahankanmu dari musuhmu! Maka Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata kepada anak itu: Hai anak kecil, mari menghadapi orang-orang yang di sini! Kemudian beliau menyuruh lagi supaya menghadapi orang di sana!

Kemudian anak kecil itu mengalami luka-luka dan terjatuh, maka orang membawanya kepada Nabi Sallallaahu` Alayhi `waa `Sallam; dan bila melihat luka-luka itu, beliau lalu berujar: Hai anak kecil! Barangkaii engkau menyesal ikut berperang?! jawab anak itu: Tidak, wahai Rasulullah!

(Kanzul Ummal 5:277)


Ibnu Asakir telah memberitakan dari Sa'ad bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu dia berkata: Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam telah menolak Umair bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu dari ikut serta pada perang Badar, kerana menganggap dia masih kecil.

Kerana itu, Umair telah menangis, sehingga akhirnya beliau mengizinkannya ikut berperang. Berkata Sa'ad lagi: Lalu aku menolong Umair rnengangkatkan pedangnya. Dan saya sendiri telah mengikuti perang Badar, dan pada wajahku masih belum tumbuh suatu helai rambut pun (yakni masih belum berjanggut).

(Kanzul Ummal 5:270)


Ibnu Sa'ad telah memberitakan dari Sa'ad Radhiyallahu Anhu dia berkata: Saya menemui saudaraku Umair bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu sebelum kami diperiksa oleh Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam pada hari perang Badar, dan aku lihat Umair mencoba melarikan diri dari orang ramai. "Kenapa engkau berlari-lari begitu, hai Umair?", kataku kepadanya.

"Aku takut Rasulullah melihatku", jawab Umair. "Ada apa jika dia melihatmu?" "Nanti dia akan menganggapku masih kecil, dan menolakku untuk berjihad", jawab Umair lagi. "Jika dia tidak mengizinkan engkau berjihad, pulang sajalah!" saranku. "Tidak", jawab Umair dengan penuh kesal. "Aku tetap ingin berjihad, siapa tahu aku dapat mati syahid", sambungnya lagi.

Apabila Umair diperiksa oleh Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, benarlah dia ditolak kerana dianggapnya masih kecil lagi. Maka Umair terus menangis, dan meminta supaya dia diperbolehkan berjihad juga, maka Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam pun memgizinkannya ikut berjihad.

Berkata Sa'ad lagi: jadi akulah yang membawakan pedangnya, kerana dia tidak kuat membawa pedang itu. Maka betullah seperti yang diinginkannya sebelum itu, bahwa dia adalah di antara orangorang yang terbunuh syahid di medan perang itu, dan ketika itu usianya masih muda, yaitu 16 tahun saja.

(Al-Ishabah 3:135; Maima'uz-Zawa'id 6:68)



Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen).

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen