Sunday 25 September 2011

Abu Ubaidah bin Jarah Radhiyallahu Anhu

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Kelahiran dan perkembangannya:


Abu Ubaidah bin Jarah Radhiyallahu Anhu lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarah yang dijuluki dengan Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, dia disenangi oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang.

Masuk Islam dari sejak dini:

Abu Ubaidah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak dini, dia memeluk Islam satu hari setelah Abu Bakar sidik Radhiyallahu Anhu memeluk Islam. Dia masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Usman bin Mazun dan Arqom bin Abil Arqom di tangan Abu Bakar Sidik. Abu Bakar lah yang membawakan mereka menemui Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam untuk menyatakan syahadat di depan beliau.

Abu Ubaidah sempat mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Dia lah yang membunuh ayahnya yang berada di pasukan musyrikin dalam perang Badar, sehingga ayat Al'Quran turun mengenai dia seperti tertera dalam surah Al Mujadilah ayat 22.

Artinya:  Firman Allah Taala: 'Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang yang menentang itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah redha akan mereka dan mereka redha (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokong-penyokong (agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya'. (Al-Mujadilah, 22)

Kezuhudan Sebahagian Sahabat Radhiyallahu Anhu

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Kezuhudan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu


Ahmad memberitakan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dia berkata, "Abu Bakar meninggal dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun. Sebelum itu dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya dan menyerahkannya ke Baitul-mal." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3/132.


Kezuhudan Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu

Ahmad memberitakan di dalam Az-Zuhud, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim dari Al-Hasan, dia berkata, "Ketika Umar bin Al-Khaththab sudah menjadi khalifah, di kain jubahnya ada 12 tambalan. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 4/405.


Kezuhudan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu

Abu Nu'aiin memberitakan di dalam Al-Hilyah, 1/60, dari Abdul-Malik bin Syaddad, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan berkhutbab di atas mimbar pada hari Jum'at, sambil mengenakan kain jubah yang tebal (kasar), harganya berkisar 4 atau 5 dirham. Kain ikat kepalanya juga ada yang koyak.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan yang datang ke masjid dalam keadaan seperti itu, pada saat dia sudah menjadi khalifah." Ahmad mengeluarkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/116.


Kezuhudan Ali Bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu

Ahmad memberitakan dari Abdullah bin Ruzain, dia berkata, "Aku pernah masuk ke rumah Ali bin Abu Thalib pada hari Idul-Adhha. Dia menyuguhkan daging angsa kepadaku. Aku berkata, "Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepadamu.

Karena engkau boleh menyuguhkan makanan ini, berarti Allah memang telah melimpahkan kebaikan kepadamu," Dia berkata, "Wahai Ibnu Ruzain, aku pernah mendengar Rasuluilah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda, 'Tidak diperkenankan harta Allah bagi seorang khalifah kecuali sebanyak 2 takaran saja, satu takaran yang dia makan bersama keluarganya, dan satu takaran lagi yang harus dia berikan kepada orang-orang." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 8/3.


Kezuhudan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Radhiyallahu Anhu

Abu Nu'airn memberitakan dari Abu Ma'mar, bahwa tatkala Umar mengadakan lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin masyarakat di sana. "Mana saudaraku?" tanya Umar. "Siapa yang engkau maksudkan?' tanya orang-orang. "Abu Ubaidah. " "Sekarang dia baru menuju ke sini.

Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak melihat perkakas apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya. Ahmad mengeluarkan hadits yang serupa seperti yang disebutkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/143. Ibnul-Mubarak juga meriwayatkannya di dalam Az-Zuhd, dari jalan Ma'mar, serupa dengan ini, seperti yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 2/253.


Kezuhudan Mush'ab bin Umair Radhiyallahu Anhu

Al-Bukhary memberitakan di dalam Shahih-nya, dari Hibban, bahwa Mush'ab bin Umair meninggal dan hanya meninggalkan selembar kain. Jika orang-orang menutupkan kain itu ke kepalanya, maka kedua kakinya menyembul, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya, maka kepalanya yang menyembul. Lalu Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda, "tutupkan dedaunan ke bagian kakinya." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 3/421.


Kezuhudan Salman Al-Farisy Radhiyallahu Anhu

Abu Nu'aim memberitakan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah melihat Salman Al-Farisy ra. menolak makanan yang disuguhkan kepadanya, lalu dia berkata, "Tidak, tldak. Karena aku pemah mendengar Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam bersabda,

'Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin dan surga orang kafir'.

Di dalam Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.


Kezuhudan Abu Dzarr Al-Ghifary Radhiyallahu Anhu

Ahmad memberitakan dari Abu Asma', bahwa dia pernah masuk ke rumah Abu Dzarr di Rabadzah. Dia mempunyai seorang istri berkulit hitam yang sama sekali tidak memakai hiasan macam apa pun dan tidak pula mengenakan minyak wangi. Abu Dzarr berkata, "Apakah kalian tidak rnelihat apa yang disuruh para wanita berkulit hitam ini? Mereka menyuruhku unluk pergi ke Irak.

Namun ketika kami tiba di Irak, mereka justru lebih senang kepada dunia. Padahal kekasihku (Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam) memberitahukan kepadaku bahwa di atas jembatan neraka ada rintangan dan halangannya. Kita akan menyeberangi jembatan itu sambil membawa beban kita.

Maka lebih baik bagiku untuk menyeberang dengan selamat tanpa mernbawa beban apa pun." Begitulah yang disebutkan di dalain At-Targhib Wat-Tarhib, 3/93. Ahmad juga meriwayatkannya dan rawi-rawinya shahih.


Kezuhudan Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu

Ath-Thabrany memberitakan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dia berkata, 'Dahulu sebelum Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam menjadi rasul, kami adalah para pedagang.

Namun setelah beliau diutus sebagai rasul, aku ingin terjun kembali dalam perniagaan dan sekaligus rajin beribadah. Tapi nyatanya aku tidak boleh mantap dalam ibadah. Akhirnya kutinggalkan perniagaan dan mengkhususkan diri dalam ibadah.' Menurut Al-Haitsainy, 9/367, rijalnya shahih.


Kezuhudan Al-Lajlaj Al-Ghathafany Radhiyallahu Anhu

Ath-Thabrany memberitakan dengan isnad yang tidak diragukan, dari Al-Lajlaj Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Sejak aku masuk Islam di hadapan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam, aku tidak pernah makan dan minum kecuali sekedar secukupnya."

Begitulah yang disebutkan di dalarn At-Targhib, 31423. Abul-Abbas As-Siraj di dalam Tarikh-nya dan Al-Khathib di dalam Al-Muttafaq, seperti yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 2/328.


Kezuhudan Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu

Abul-Abbas As-Siraj memberitakan di dalam Tarikh-nya dengan sanad hasan, dari As-Sary, dia berkata, "Aku pernah melihat sekumpulan orang dari kalangan shahabat, bahwa tak seorang pun di antara mereka yang keadaannya senantiasa mirip dengan keadaan Rasuluilah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam selain dari Ibnu Umar."

Abu Sa'id Al-Mraby mengeluarkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dia berkata, 'Tidak ada seseorang di antara kami yang mendapatkan kekayaan dunia melainkan dia justru meninggalkannya selain dari Abdullah bin Umar.' Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 21347.



Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”


ManasyeKing: Hamden bolly WORD: Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu/dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia)



INGATLAH: UMATi 4U ‘LAW KANA BAINANA’


Puisi  . . .


Wahai Tuhanku, kami telah lalai lupa,

Namun setiap orang daripada kami tetap tamakkan,

Keampunan-Mu, dan sifat pemurah-Mu dan kebebasan daripada neraka-Mu,

Dan juga kami tamakkan syurga, yang dimasuki bersama-sama penghulu seluruh manusia.


Kami mohon pada-Mu...

Mohon dengan sangat, wahai Tuhanku,

Dari sudut hati kami yang paling dalam...



Start . . .

Jika Kekasih-Mu, masih berada bersama-sama kami,

Akan terlunaslah segala hutang dan semakin hampirlah

dengan haruman Baginda, sebelum hilangnya,

rasa yang meronta-ronta untuk berada hampir dengan Kekasih-Mu.



Berada berhampiran Baginda, jiwa turut menjadi harum

Dan apa jua yang kalian doakan kepada Allah, akan diperkenankan,

Cahaya Nabi Muhammad tidak akan pernah sirna,

Sempatkanlah kami bertemu dengan Baginda,

Wahai Tuhan yang Maha Memperkenankan doa hamba...



Hidayahmu kepada alam merata meluas,

Tanda hampirnya kasih sayang Tuhan pemberi hidayah,

Hadith-hadithmu ibarat sungai mengalir jernih,

Berada di sisimu bagaikan dahan yang tumbuh segar dan basah.



Kutebus diriku dengan dirimu, wahai Kekasihku,

Nabi Muhammad yang mulia, yang asing,

Berada berhampiranmu, jiwa menjadi harum,

Wahai yang diutuskan sebagai tanda kasih sayang Tuhan kepada seluruh alam....



Wahai Kekasihku, wahai Nabi Muhammad

Wahai pengubat hatiku, wahai yang dipuji dipuja

Dirimu memiliki kelebihan yang diakui

Oleh Tuhan yang turut berselawat ke atasmu.

Umar Radhiyallahu Anhu di Malam Hari

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Abu Nu'aim memberitakan dari Al-Auza'y, bahwa Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah keluar di tengah kegelapan malam. Secara kebetulan Thalhah Radhiyallahu Anhu melihatnya. Umar segera pergi. Dia memasuki rumah demi rumah untuk melihat keadaan para penghuninya. Keesokan harinya Thalhah mengunjungi sebuah rumah, yang dihuni seorang perempuan tua yang tidak mampu berjalan karena penyakit yang dideritanya.


"Ada urusan apa orang lelaki itu mendatangimu semalam?" tanya Thalhah Radhiyallahu Anhu.

Wanita tua itu menjawab, "Sudah sejak lama dia berbuat seperti itu. Dia seialu mengunjungiku dan melayani semua keperluan dan menghibur segala kesedihanku.' Thalhah Radhiyallahu Anhu berkata sendiri, 'Celaka kau wahai Thalhah, karena engkau selalu kalah dengan Umar."

(Al-Hilyah, 1:48)

Keperibadian Abu Bakar Radhiyallahu Anhu.

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ibnu Sa'd memberitakan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar adalah seorang pedagang, yang setiap hari pergi ke pasar untuk melakukan jual beli. Dia mempunyai sekumpulan domba yang dia urus sendiri dan terkadang menggembalakannya atau dia serahkan kepada orang lain.

Dia juga memerah air susunya untuk diberikan kepada orang-orang kampung. Ketika dia sudah dibai'at sebagai khalifah, ada seorang gadis perempuan yang berkata,

"Tentunya sekarang dia tidak mau lagi memerah air susu untuk diberikan kepada kami". Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sempat mendengar perkataan gadis itu. Maka dia berkata, 'Aku bersumpah untuk tetap memerah air susu bagi kalian, dan aku berharap agar tugasku yang baru ini tidak merubah kebiasaanku yang lalu.'

Maka dia tetap memerah susu seperti biasanya dan diberikan kepada mereka. Namun kemudian dia perlu mempertimbangkan lagi tugas-tugasnya sebagai khalifah. Maka dia berkata,
"Tidak demi Allah, urusan berdagang bisa mengganggu tugas-tugas ini, dan tugas ini tidak bisa berjalan lancar kecuali jika aku memusatkan perhatian terhadap urusan manusia. Tidak selayaknya aku hanya menyibukkan diri dengan urusan keluargaku."

Maka dia pun meninggalkan usaha dagangnya.

Untuk keperluan diri dan keluarga dia mengambil gaji dari Baitul-mal milik umat, sekedar untuk mencukupi keperluannya setiap hari, juga untuk keperluan haji dan umrah. Gajinya untuk satu tahun sebanyak 6 ribu dirham. Menjelang kematiannya, dia berkata,

"Kembalikan sisa gaji yang ada di tangan kita ke Baitul-mal milik orang-orang Muslim, karena aku tidak ingin mengambil sedikit pun dari harta tersebut. Tanahku yang ada di tempat ini dan itu juga bagi orang-orang Muslim."

Dia menyerahkan kepada Umar seekor unta yang air susunya biasa diperah, seorang budak dan selembar permadani seharga 5 dirham. Umar sempat berkata,
"Dia menyebabkan kesusahan kepada khalifah sesudahnya."

Wasiat Umar Radhiyallahu Anhu kepada Khalifah Sesudahnya

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ibnu Abi Syaibah, Abu Ubaidah, An-Nasa'y, Abu Ya'la, Al-Baihaqy dan Ibnu Hibban mentakhrij dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, dia berkata,

"Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar mengetahui hak orang-orang Muhajirin golongan yang pertama dan agar menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya untuk memperhatikan orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin, hendaklah dia menerima kebaikan mereka dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

Aku juga berwasiat kepadanya untuk berbuat baik kepada penduduk berbagai kota, karena mereka merupakan penolong bagi Islam, penyokong dana dan penghadang musuh. Janganlah dia mengambil harta pun dari mereka kecuali harta yang berlebih dan menurut kerelaan mereka.

Aku juga berwasiat agar dia berbuat baik kepada orang-orang badui, karena mereka meruipakan asal mula bangsa Arab dan sumber Islam. Dia harus mengambil shadaqah dari orang-orang yang kaya dan membagikannya kepada orang-orang yang miskin.

Aku juga berwasiat kepadanya agar memenuhi hak Ahli Dzhimmi seperti yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan perjanjian dengan mereka. Dia boleh memerangi orang-orang selain mereka, dan tidak membebankan kepada mereka kecuali menurut kesanggupan mereka."

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Muntakhab, 4:439.

Wasiat Umar Radhiyallahu Anhu kepada Abu Musa Al-Asy'ary Radhiyallahu Anhu.

Ibnu Abi Syaibah mentakhrij dari Adh-Dhahhak, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy'ary Radhiyallahu Anhu, yang isinya:

"Kekuatan dalam amal akan terwujud jika kalian tidak menangguhkan yang harus dikerjakan pada hari ini hingga besok. Jika kalian menangguhkannya, maka akan datang amal-amal baru yang membebani kalian, lalu kalian tidak tahu mana yang harus dilaksanakan, sehingga kalian justru menyia-nyiakan semuanya.

Jika kalian disuruh memilih salah satu 2 perkara yang satu untuk dunia dan yang satu untuk akhirat, maka pilihlah perkara akhirat ketimbang perkara dunia, karena dunia ini akan sirna sedangkan akhirat kekal.

Takutlah kalian kepada Allah, pelajarilah Kitab Allah, karena kitab-Nya merupakan sumber segala ilmu dan musim semi di dalam hati."

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:208.