Friday 23 September 2011

Wasiat Abu Bakar kepada Umar

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Ibnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dia berkata, "Ketika Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:

'Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal masanya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab.

Jika dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan.'

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3:146.

Ibnul-Mubarak, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim meneluarkan dari Abdurrahman bin Sabith, dia berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya,

"Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan amalan yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah menetapkan amalan yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak nienerima yang sunat sebelum yang wajib dikerjakan."

Begitulah yang disebutkan di dalarn Al-Kanzu, 4:363.

Ibnu Sa'd mentakhrij dari AI-Muththalib bin As-Sa'ib bin Abu Wada'ah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Abu Bakar menulis surat kepada Arw bin Al-Ash, yang isinya: 'Aku sudah menulis surat kepada Khalid bin AI-Walid agar dia bergabung ke pasukanmu dan mernbantumu.

Jika dia sudah datang, inaka hergaullah yang baik, jangan merasa lebih tinggi darinya, jangan memutuskan perkara sendirian karena engkau merasa lebih tinggi darinya dan dari yang lain, berrnusyawarahlah dan janganlah berselisih dengan mereka. Begitulah yang disebutkan di dalam AI-Kanzu, 31133.

Kisah Sa'id bin Amir bin Huzaim Al-Jumahy

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Abu Nu'aim mengeluarkan dari Khalid bin Ma'dan, dia berkata, "Umar bin Al-Kbaththab Radhiyallahu Anhu mengangkat Sa'id bin Amir bin Huzaim Radhiyallahu Anhu sebagai amir kami di Himsh. Ketika Umar datang ke sana, dia bertanya, "Wahai penduduk Himsh, apa pendapat kalian tentang Sa'id bin Amir, amir kalian?"

Maka banyak orang yang mengadu kepada Umar Radhiyallahu Anhu Mereka berkata, "Kami mengadukan 4 perkara. Yang pertama karena dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang.' Umar Radhiyallahu Anhu berkomentar, "Itu yang paling besar. Lalu apa lagi?'

Mereka menjawab, "Dia tidak mau menemui seseorang jika malam hari." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar Radhiyallahu Anhu Lalu dia bertanya, "Lalu apa lagi?" Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak keluar dari rumahnya untuk menemui kami." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar Radhiyallahu Anhu Lalu dia bertanya, "Lain apa lagi?" Mereka menjawab, "Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia."

Kemudian Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu mengkonfirmasi di antara Sa'id bin Amir ra. dan orang-orang yang mengadukan beberapa masalah tersebut. Saat itu Umar Radhiyallahu Anhu berkata kepada dirinya sendiri, "Ya Allah, jangan sampai anggapanku tentang dirinya keliru pada hari ini." Lalu dia bertanya kepada orang-orang yang mengadu, "Sekarang sampaikan apa yang kalian keluhkan tentang diri Sa'id bin Amir Radhiyallahu Anhu!'

"Dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang,' kata mereka. Sa'id menanggapi, "Demi Allah, sebenamya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Harap diketahui, keluargaku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku sendiri yang harus menggiling adonan roti. Aku duduk sebentar hingga adonan itu menjadi lumat, lalu membuat roti, mengambil wudhu', baru kemudian aku keluar rumah untuk menemui mereka."

Umar bertanya kepada mereka, "Apa keluhan kalian yang lain?" Mereka menjawab, 'Dia tidak mau menemui seorangpun pada malam hari." 'Lalu apa alibimu?' tanya Umar Radhiyallahu Anhu. kepada Sa'id bin Amir Radhiyallahu Anhu. "Sebenarnya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Aku menjadikan siang hari bagi mereka, dan menjadikan malam hari bagi Allah."

"Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada mereka. Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak mau keluar dari rumahnya untuk menemui kami." "Apa alibimu? tanya Umar Radhiyallahu Anhu. kepada Said Radhiyallahu Anhu. "Aku tidak mempunyai seorang pembantu yang mencuci pakaianku, di samping itu, aku pun tidak mempunyai pakaian pengganti yang lain." Maksudnya, hari itu dia mencuci pakaian satu-satunya.

"Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada mereka. Mereka menjawab, "Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia." "Apa alibimu?" tanya Umar Radhiyallahu Anhu. kepada Sa'id Radhiyallahu Anhu. Sa'id Radhiyallahu Anhu. menjawab,

"Dulu aku menyaksikan terbunuhnya Hubaib Al-Anshary di Makkah. Aku lihat bagaimana orang-orang Quraish mengiris-iris kulit dan daging Hubaib Radhiyallahu Anhu. lalu mereka membawa tubuhnya ke tiang gantungan. Orang-orang Quraisy itu bertanya kepada Hubaib, 'Sukakah engkau jika Muhammad menggantikan dirimu saat ini?' Hubaib menjawab, 'Demi Allah, sekalipun aku berada di tengah keluarga dan anak-anakku, aku tidak ingin Muhamrnad Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam terkena duri sekalipun'. Kemudian dia berseru, 'Hai Muhammad, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi pada hari itu'.

Sementara saat itu aku yang masih musyrik dan belum beriman kepada Allah Yang Maha Agung, tidak berusaha untuk menolongnya, sehingga aku beranggapan bahwa Allah ta'ala sama sekali tidak akan mengampuni dosaku. Karena itulah barangkali keadaanku akhir-akhir ini seperti orang yang akan meninggal dunia."

Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata, "Segala puji bagi Allah, karena firasatku tentang dirinya tidak meleset." Setelah itu Umar memberinya seribu dinar, seraya berkata, "Pergunakanlah uang ini untak menunjang tugas-tugasmu." Istri Sa'id Radhiyallahu Anhu berkata kegirangan setelah menerima uang itu, 'Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kecukupan kepada kita atas tugas yang engkau emban ini." Sa'id bertanya kepada istrinya, "Apakah engkau mau yang lebih baik lagi? Kita akan memberikan uang ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada kita. "Boleh," jawab istrinya.

Lalu Sa'id memanggil salah seorang anggota keluarganya yang dapat dipercaya, dan dia memasukkan uang ke dalam beberapa bungkusan, seraya berkata, "Bawalah bungkusan ini dan berikan kepada janda keluarga Fulan, orang miskin keluarga Fulan, orang yang terkena musibah keluarga Fulan.

Selebihnya disimpan, Istrinya bertanya, "Mengapa engkau tidak membeli seorang pembantu? Lalu untuk apa sisa uang itu?" Sa'id Radhiyallahu Anhu menjawab, "Sewaktu-waktu tentu akan datang orang yang lebih membutuhkan uang itu.

(Al-Hilyah, 1:245)

Wasiat Abu Bakar Radhiyallahu Anhu Sebelum Kematiannya

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Abul-Malih meriwayatkan, bahwa tatkala Abu Bakar Radhiyallahu Anhu hendak meninggal dunia, dia mengirim utusan kepada Umar bin Al-Khatab Radhiyallahu Anhu, untuk menyampaikan,

"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima-Nya pada malam hari.

Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah (sunat) sebelum yang wajib dilaksanakan. Orang-orang yang timbangannya berat di akhirat menjadi berat, karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sehingga timbangan mereka pun menjadi berat. Sudah selayaknya timbangan yang diatasnya diletakkan kebenaran menjadi berat.

Orang-orang yang timbangannya ringan di akhirat menjadi ringan, Karena mereka mengikuti kebatilan, sehingga timbangan mereka pun ringan pula di dunia. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan menjadi ringan, Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan?

Hal ini dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.

Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau sukai selain dari kematian, dan memang begitulah seharusnya. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau benci selain kematian, dan memang begitulah seharusnya yang engkau lakukan. Engkau tentu mampu melakukannya".

Ada yang menuturkan, bahwa sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiyallahu Anhu, Aisyah Radhiyallahu Anha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair,

"Tiada artinya harta kekayaan bagi pemuda

Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada".

Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah,"

"Dan, datanglah sekaratul-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". (QS. Qaf:19)

Lalu dia berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih memerlukan kain yang baru daripada orang yang sudah meninggal".

Kecintaan Seorang Sahabat Radhiyallahu Anhu

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Dari 'Aisyah Radhiyallahu Anha katanya, "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi waa`Sallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri dan engkau lebih aku cintai daripada orang tuaku. Jika aku berada di rumah, aku senantiasa merindukan dan tak sabar untuk secepatnya dapat bertemu dan melihatmu.

Dan apabila aku teringat kematianku dan kematianmu, tetapi aku tahu engkau kelak dimasukan ke dalam surga, tentunya engkau akan ditempatkan di surga yang paling tinggi beserta para Nabi.

Sedangkan jika aku dimasukkan ke dalam surga, aku takut jika kelak tidak dapat melihatmu lagi". Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam tidak menjawab ucapan orang tersebut sampai Jibril menurunkan firman Allah:,

Artinya: Dan barang siapa mencintai Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan merekalah teman yang sebaik-baiknva. (An Nisaa': 69)

(Thabrani, Abu Nuaim. Al-Hilyah. 4/240)

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu dikatakan ada seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata. "Wahai Rasulullah aku sangat mencintaimu dan selalu mengingatimu. tapi yang aku takutkan jika kelak engkau dimasukkan ke dalam surga di tingkat yang paling tinggi sedangkan aku dimasukkan di tempat yang tidak sama denganmu, maka aku takut tidak dapat lagi melihatinu kelak di akhirat".

Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam tidak menjawab ucapan lelaki itu sampai Allah menurunkan fimian-Nya.

Wa man yutiillah war Raszila fa ulaika ma'al ladzina . . . (An Nisaa': 69).

Setelah itu Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam membacakan ayat tersebut di hadapan lelaki itu dan mendoakanya."

(Thabrani, Al-Haitsami. 4/7)

Kecintaan Sa'ad bin Mu'adz Radhiyallahu Anhu.

Dari Abdullah bin Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, '.Sesungguhnya Sa'ad bin Muadz Radhiyallahu Anhu, berkata kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi`waa`Sallam. "Ya Rasulullah. maukah engkau kami buatkan sebuah benteng dan kami siapkan di sisimu sebuah kendaraan. Kemudian kami maju berhadapan dengan musuh, jika kami diberi kemenangan oleh Allah maka itulah yang kami harapkan.

Tapi jika terjadi sebaliknya, maka engkau dapat segera pergi dengan kendaraan ini. menemui pasukan kita yang masih ada di belakang kita. sebab di belakang kami tertinggal sejuklah kaum yang sangat mencintaimu.

Sungguh andaikata mereka tahu bahwa engkau akan berperang pasti mereka akan ikut semuanya. Akan tetapi di karenakan mereka tidak tahu bahwa engkau akan menemui pasukan musuh seperti ini. maka tidaklah heran jika sebagian orang tidak ikut bersama engkau.

"Maka Rasullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam menyatakan terimakasihnya dan mendoakan kebaikan baginva, kemudian mereka membangunkan sebuah benteng bagi Nabi.

(Ibnu Ishaq, Al-Bidayah 3/268)

Perilaku Abu Ayyub Radhiyallahu Anhu terhadap Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam.

Dari Abu Ayyub Radhiyallahu Anhu. "Ketika Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berhijrah ke Madinah. maka Beliau tinggal di rumah Abu Ayyub Radhiyallahu Anhu. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam tinggal di bagian bawah sedangkan Abu Ayyub di bagian atas rumah.

Ketika malam tiba. Abu Ayyub tersadar bahwa ia tinggal di atas Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berarti dirinya berada di antara Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan wahyu. Hal itu membuat ia susah untuk tidur. la pun khawatir jika  ia menggerakkan kakinya dapat merontohkan debu-debu sehingga menyusahkan Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam.

Ketika pagi hari tiba maka ia berkata kepada Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam "Wahai Rasulullah, saya baru tersadar bahwa saya berada diatasmu Dan engkau berada di bawahku. sehingga saya takut bergerak yang menyebabkan jatuhnya debu-debu kepadamu. Dan saya pun berada di antara engkau dan wahyu."

Jawab Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, "Wahai Abu Ayyub jangan kamu berlebihan, maukah aku ajarkan kepadamu suatu ucapan yang jika kamu mengucapkannya setiap pagi dan petang, sebanyak 10 kali.

Maka Allah akan memberikan 10 kebaikan. menghapuskan 10 dosa dan mengangkatmu 10 derajat dan kelak padi hari Kiamat engkau akan digolongkan sebagai seorang yang telah mcmbebaskan 10 budak. Ucapan itu ialah:

Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syarikalahu . . .

(Thabrani, Kanzul Ummal, 1/294)

Dari Abu Ayyub katanya,"Ketika beliau tinggal di rumahku maka aku berkata kepadanya, "Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya daku merasa tidak enak jika tinggal di atasmu dan engkau berada di bawahku." Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda, "Sesungguhnya lebih mudah bagi kami untuk tinggal di bawah saja, agar memudahkan kami ketika menerima tamu." (Thabrani)

Suatu ketika tempat airku pecah maka airnya tumpah ke lantai. maka aku bersama istriku (Ummu Ayyub) segera mengeringkanya dengan kain milik kami padahal kami tidak memiliki lagi selimut lain kecuali itu. dengan perasaan takut dan khawatir air tersebut akan mengenai beliau dan menyusahkannva.

Dan setiap hari kami menghidangkan makanan bagi Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan jika ada sisa dari makanan tersebut maka kami makan pada bagian bekas-bekas tangan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam agar kami mendapat berkat dengan hal itu.

Pada suatu malam ketika kami hidangkan makan malam. kami bubuhkan di dalam masakan tersebut bawang. Beliau mengembalikannya kepada kami. Dan kami melihat tidak ada sedikit pun bekas tangan beliau.

Maka hal ini kami ceritakan kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam, mengenai makanan kami dan apa sebab beliau tidak mau menyentuh makanan kami sedikit pun kata Beliau, "Aku dapatkan pada makanan ini bau bawang putih, di karenakan aku adalah seorang lelaki vang senantiasa berdzikir kepada Allah.

Maka aku tidak senang bila mulutku tercium bau yang tidak enak. Sedangkan untuk kalian maka silahkan kalian memakannya."

(Kanzul Ummal. 5/50)

Perjuangan Meninggikan Kalimatullah

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Abu Nu'aim telah memberitakan dari Jubair bin Nufair dari ayahnya, katanya: Ketika sedang kami duduk-duduk dengan Al-Miqdad bin Al-Aswad Radhiyallahu Anhu pada suatu hari, tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki, lalu berkata:

Beruntunglah kedua belah mata yang telah melihat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Demi Allah, kami sungguh bercita-cita jika dapat melihat apa yang engkau lihat, dan menyaksikan apa yang engkau saksikan, engkau telah mendengar, lalu engkau merasa kagum dari kebaikan yang dikatakan kepadamu!

Mendengar itu, Al-Miqdad bin Al-Aswad pun menghadapinya seraya berkata: Mengapa sampai ada seseorang di antara kamu yang bercita-cita untuk berada dalam sesuatu zaman yang telah lalu oleh Allah azzawajalla, padahal dia sendiri masih tidak yakin apa yang terjadi ke atas dirinya sekiranya dia hadir pada zaman itu!

Demi Allah, telah hadir di zaman Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam itu beberapa kaum, yang akan ditelungkupkan muka mereka menghujam neraka jahannam, karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak mempercayainya sama sekali.

Bukan sebaiknya kamu bersyukur kepada Allah, karena Dia tiada melahirkan kamu, melainkan kamu telah mengenal Tuhan kamu serta mempercayai apa yang dibawa oleh Nabi kamu 'Alayhis-sallam, sedang kamu terhindar dari azab yang ditimpakan ke atas selain kamu itu?

Demi Allah, sungguh Nabi Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam telah dibangkitkan pada suatu zaman yang sangat berat yang pernah dibangkitkan dari para Nabi yang sebelumnya.

Beliau dibangkitkan pada masa yang penuh kerusakan dan jahiliah, yang mana manusia memandang agama itu tiada yang lebih baik dari menyembah berhala sebagai tuhan.

Lalu beliau didatangkan membawa Al-Quran yang membedakan antara yang hak dengan yang batil, memisahkan antara ayah dan anaknya, sehingga ada orang yang mendapati ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya sendiri kafir, sedang Allah telah membuka kunci hatinya untuk menampung iman, dan dia mengetahui akan binasalah siapa yang memasuki api neraka itu, sehingga tidak larat lagi pemikirannya karena dia mengetahui bahwa ada orang yang paling dekat kekerabatnya berada di dalam api neraka! Dan hal itu tepat sekali dengan apa yang disebutkan Allah azzawajalla 'Tuhan kami! jadikanlah anak isteri kami penyelamat bagi kami!'
(Hilyatul Auliya' 1:175)

Ibnu Ishak memberitakan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, katanya:pernah suatu kali telah datang seorang dari penduduk Kufah, lalu berkata kepada Huzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhu: 'Hai Abu Abdullah!' kata orang ahli Kufah itu. 'Apakah engkau telah melihat Rasulullah dan bersahabat dengannya?'

'Ya, wahai saudaraku! ' jawab Huzaifah. 'Apakah yang sudah kamu lakukan terhadap beliau, coba ceritakan!' pinta orang dari Kufah itu. 'Kami lakukan apa yang semampu kami saja,'jawab Huzaifah.

'Demi Allah,'kata orang itu,'jika kita yang menemuinya pada zaman itu, niscaya kami tidak membiarkannya berjalan di atas bumi sama sekali, niscaya kami memikulnya di atas punggung kami!'

'Apa katamu, wahai saudaraku?! 'tanya Huzaifah.' Demi Allah, aku masih ingat ketika hari menggali parit (Khandak) itu, aku dapati betapa susah-payahnya Rasulullah menanggung lapar dan dahaga, menanggung udara yang dingin dan merasa takut sekali!'

Dalam riwayat Muslim, maka berkata Huzaifah: "Engkau mengatakan yang engkau akan berbuat begitu kepada Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam? Aku pernah menyaksikan mereka bersama Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam pada malam perang Ahzab, pada suatu malam yang berangin sangat kencang dengan udaranya yang sangat dingin, betapa mereka menanggung semua itu. Kemudian Huzaifah melarang mereka mengatakan seperti itu terhadap para sahabat.

? ! ! !


What Would 'U' Do ?!!!