Tuesday 20 September 2011

Hijab (Purdah) Isteri-Isteri Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam

In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, 'Pertama kali ayat tentang hijab diturunkan adalah ketika Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menikahi Zainab binti jahsy. Pada pagi hari Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menikahi Zainab beliau mengundang orang-orang lalu mereka makan dan kemudian pergi.

Sekelompok orang masih tinggal bersama Nabi. Mereka tetap di sana untuk waktu yang lama. Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam bangkit dan aku pergi bersamanya hingga kami sampai di pintu ruangan 'Aisyah. Ketika beliau duga orang-orang itu mereka telah pergi, beliau kembali dan aku kembali bersamanya dan mereka ternyata sudah pergi. Maka beliau memasang tabir antara aku dan beliau lalu turunlah ayat tentang hijab,

Firman Allah Taala: "Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu diizinkan makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang, maka masuklah dan jika kamu selesai makan keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). (QS. 33:53)

Dan aku berumur 15 tahun pada waktu itu.

Menurut ibnu Abbas, Ayat tentang hijab istri-istri Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam diturunkan ketika Umar Radhiyallahu Anhu sedang makan bersama Nabi Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam. lalu tangannya menyentuh tangan salah seorang istri Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, maka ayat tentang hijab diturunkan.

Orang-orang bertanya kepada Zuhri, "Siapakah yang biasa mengunjungi para istri Nabi?" Dia menjawab, "Setiap orang yang mempunyai hubungan keturunan atau sesusuan yang menghalangi pernikahan".

Ditanyakan, "Bagaimana dengan orang-orang lain?" Dia menjawab, "Mereka harus menyelubungi diri dari mereka. Mereka harus berbicara dari balik tabir. Dan tabirnya hanya selapis". Pernah juga Ummu Salamah dan Maimunah sedang bersama Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, tiba-tiba lbnu Ummi Maktum masuk. Peristiwa itu terjadi setelah hijab diturunkan.

Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam berkata kepada istri-istrinya, "Selubungilah diri kalian darinya." lstrinya bertanya, "Ya Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, bukankah dia buta?" Beliau Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menjawab, "Apakah kalian juga buta? Tidakkah kalian melihatnya?"

Rumah Isteri-Isteri Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam

In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Ketika rombongan keluarga Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu sampai di Madinah, ketika itu Rasulullah Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam sedang membangun masjid dan ruangan-ruangan di sekeliling masjid itu.

Lalu Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menempatkan mereka di sebuah rumah milik Haritsah bin Nu'man Radhiyallahu Anhu. Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menyempurnakan pernikahannya dengan 'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam pun dikuburkan di tempat yang sama. Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah di sekitar masjid Nabawi.

Apabila Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menikahi seseorang, maka Haritsah akan pindah dari rumahnya demi beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya digunakan untuk Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dan istri-istri beliau.

Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam membuat pintu masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah. Sehingga diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan kepalanya dari masjid lewat pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara dia sedang haid.

Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah para istri Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin Yazid berkata tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah istri Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik.

Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid. Rumah-rumah itu terbuat dari bata kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari batang pohon kurma yang disatukan dengan lumpur. Ada sembilan rumah dengan kamar-kamarnya.

Rumah itu dimulai dari rumah 'Aisyah dengan pintu yang berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, sampai rumah Asma' binti Hasan. Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya terbuat dari bata. Cucu laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam menyerang Dumatut jandal, Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata.

Ketika Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam datang dan melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah Radhiyallahu Anha. dan bertanya, bangunan apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, aku ingin menghalangi pandangan orang'. Beliau Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal terburuk bagi seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'

Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar istri Rasulullah Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam yang terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya yang ditutupi dengan kain wol hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik dibacakan, yang memerintahkan agar kamar, kamar istri-istri Rasulullah Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak orang yang menangis kehilangan.

Sa'id bin Musayab Rahmatullahi 'Alaih  juga bercerita tentang hari itu, 'Demi Allah, aku berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan memberi semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan diri atas sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.

lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah itu ada empat buah rumah yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon kurma. Ada 5 rumah dari batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku mengukur gordennya dan mendapati ukurannya tiga kali satu cubit, dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang.

Sedangkan mengenai tangisan, aku bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang dihadiri sebagian sahabat Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Umamah bin Sahal, dan Kharijah bin Zaid.

Mereka menangis sampai janggut mereka basah oleh air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka membiarkan dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang boleh menahan diri dari membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah ridhai pada Rasul-Nya walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.'

Keadaan Lapar Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam

In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!


Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu katanya, bahwa pada suatu ketika Umar Radhiyallahu Anhu. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau:

Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawapan beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata:

Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar Radhiyallahu Anhu (yakni ayahnya) mengirim (sup) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah Radhiyallahu Anha berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu.

Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah:

Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha katanya: sering kali kita duduk sampai 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah Radhiyallahu Anha lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq:

Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam kenyang dari roti gandum 3 hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi:

Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dari roti syair 2 hari berturut-turut sehingga beliau wafat.

Dalam riwayat lain lagi: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air. (Kanzul Ummal 4:38)

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah Radhiyallahu Anhu: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah kenyang 3 hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan Radhiyallahu Anhu secara mursal, katanya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama 3 hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah.

Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu katanya: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia.

Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu katanya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar.

Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan.

Dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)

Pernah Fathimah binti Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam datang kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah Radhiyallahu Anha: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak 3 hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu:

Maka Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad Radhiyallahu Anhu dia berkata: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia.

Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi:

 Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah Radhiyallahu Anhu katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami.

Maka Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat 2 batu demi 2 batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)

Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair Radhiyallahu Anhu dan dia ini dari para sahabat Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda:

Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'

Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya! (At-Targhib Wat-Tarhib 3:420)

Pentingnya Mentaati Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam

In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda, "Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dia telah mendurhakai Allah. Begitu pula, barangsiapa yang mentaati petugasku, maka dia telah mentaatiku, dan barangsiapa mendurhakai petugasku, maka dia telah mendurhakaiku.' 


(Riwayat Bukhari)



Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu lagi, bahwa Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda: 'Semua ummatku akan memasuki syurga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaatiku akan memasuki syurga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang enggan memasuki syurga.'


(Riwayat Bukhari)



Jabir Radhiyallahu Anhu bercerita, katanya: Suatu peristiwa datanglah beberapa Malaikat kepada Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ketika beliau sedang tidur, lalu mereka berkata: Bahwa sesungguhnya teman kamu ini dapat diberikan beberapa perumpamaan, cobalah berikan perumpamaan baginya!

Maka berkata yang satu: Dia ini sedang tidur. Yang lain berkata: Meskipun matanya tidur, namun hatinya tetap sadar! Lalu berkata pula Malaikat yang lain: Perumpamaan temanmu ini ialah perumpamaan seorang lelaki yang baru selesai membangun sebuah rumah, lalu dia pun mengadakan undangan makan, dan mengundang orang datang kepadanya.

Jadi, sesiapa yang menerima undangan itu, dia akan memasuki rumah itu, dan dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan itu. Dan sesiapa yang menolak undangan itu, tidak akan memasuki rumah itu, dan tidak dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan di situ!

Kemudian berkata Malaikat yang mendengar perumpamaan itu: Jelaskanlah perkara ini kepadanya (Nabi Muhammad) supaya dia mengertinya! Lalu ada Malaikat yang berkata: Bukankah dia sedang tidur?! Jawab yang lain: Bukankah sudah aku katakan; matanya saja yang tidur, namun hatinya sadar (dapat menangkap maksud dari berita ini). Maka para Malaikat itu pun berkata:

Rumah itu diibaratkan dengan 'Syurga', dan orang yang mengundang itu ialah 'Muhammad' itu sendiri. Tegasnya, siapa saja yang mentaati Muhammad, maka dia mentaati Allah.

Dan siapa saja yang mendurhakai Muhammad, maka dia mendurhakai Allah. Dan Muhammad itu adalah penengah (di antara Allah) dengan manusia! (Riwayat Bukhari) Ad-Darimi juga mengeluarkan cerita yang sama dari Rabitah Al-jarasyi ra. dengan maksudnya yang sama 


(kitab: Al-Misykah, hal. 21)



Dari Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda: 'Hanyalah perumpamaanku dan perumpamaan apa yang diutus Allah kepadaku adalah perumpamaan seorang lelaki yang datang kepada suatu kaum, lalu dia berkata kepada mereka:

Hai kaumku! Saya lihat dengan mataku sendiri, ada suatu bala tentara yang datang, dan saya adalah pemberi peringatan yang telanjang (dapat dimaksudkan: yang paling jujur), maka selamatkanlah diri kamu! Selamatkanlah!

Kerana itu ada di antara kaumnya yang mentaatinya, maka dari sejak malam mereka telah keluar melarikan diri dengan secara teratur, hingga akhirnya mereka selamat.

Ketika sekumpulan yang lain telah mendustakannya, dan mereka terus menetap di tempat mereka. Akhirnya, mereka sejak pagi buta telah diserang oleh bala tentara (musuh) itu, yang membinasakan mereka serta memukul bersih apa saja yang ada di hadapannya.

Itulah dia perumpamaan siapa yang mentaatiku serta menuruti apa yang saya sampaikan kepadanya. Demikian pula perumpamaan siapa yang menderbakaiku serta mendustakan apa yang saya sampaikan kepadanya dari perkara kebenaran itu.' 


(Riwayat Darimi)



Razin telah membawa suatu berita dari Umar Radhiyallahu Anhu yang dirafakkannya kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam sabdanya: Aku sudah menanyakan Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku sepeninggalku, lalu Allah mewahyukan kepadaku, katanya:

Wahai Muhammad! Sesungguhnya semua para sahabatmu itu dalam pandanganku adalah umpama bintang-bintang di langit, setengah mereka lebih teguh dari setengah yang lain, namun bagi setiap satu darinya ada cahayanya yang tersendiri.

Maka barangsiapa yang mengambil sesuatu dari apa yang ada pada diri mereka tanpa memandang pada perselisihan mereka itu, maka dia itu dalam pandanganku berada di atas kebenaran. Kemudian Nabi pun berkata:

Para sahabatku itu seumpama bintang-bintang maka siapa saja dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk. 


(Jam'ul-Fawa'id 2:201)



Dari Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu yang menceritakan suatu peristiwa, katanya: Pada suatu hari Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah mengimami kami satu shalat, dan sesudah selesai shalat, beliau lalu menghadapkan wajahnya kepada kami serta menyampaikan suatu syarahan yang sungguh berkesan sekali pada diri kami, sehingga bercucuranlah air mata kami dan gemetarlah segala urat perut kami. Sehabis pidato itu, telah bangun seorang lelaki berkata:

Ya Rasulullah! Seolah-olah pidato ini adalah suatu pidato terakhir untuk mengucapkan selamat tinggal! Jadi, apakah yang patut engkau pesankan untuk kami?! jawab beliau:

Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah, selalu mendengar perintah dan mentaatinya, walaupun yang memerintah itu seorang hamba habsyi (yang hitam warna kulitnya).

Kerana sesungguhnya, siapa saja yang hidup di antara kamu sesudahku nanti dia akan melihat perselisihan-perselisihan yang banyak. Maka ketika itu, hendaklah kamu berpegang teguh kepada perjalananku dan pejalanan para Khulafaur-Rasyidin yang sudah tertunjuk (oleh hidayatku), hendaklah kamu berpegang kuat dengannya, dan gigitlah dia dengan gigi geraham kamu.

Berhati-hatilah kamu dengan mengada-adakan (hukum) yang baru, kerana setiap hukum yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat! 


(Riwayat Tarmidzy dan Abu Daud)



Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhu telah merafakkan bicara ini kepada Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam sabdanya: Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan berada bersama-sama kamu. Tetapi aku mengingatkan kamu supaya mengikuti 2 orang ini sepeninggalku.

Lalu beliau menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar radhiallahu-Anhuma. Sambungnya lagi: Ambillah petunjuk yang diberikan Ammar, dan dengar apa yang dibicarakan Ibnu Mas'ud dan percayailah dia!


(Riwayat Tarmidzy)



Dari Bilal bin Al-Haris Al-Muzani Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda:

'Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnat (jalan) dari sunnatku yang telah ditinggalkan orang sepeninggalku, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengamalkannya sesudah itu, tiada dikurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka (yang mengamalkannya itu).

Dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu bid'ah yang menyesatkan yang tiada diridhai Allah dan RasuINya, maka dia akan menanggung dosanya seperti dosadosa orang yang mengamalkannya, tiada dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa orang yang mengamalkannya.'


(Riwayat Tarmidzy)



Ibnu Majah juga meriwayatkan suatu Hadis yang serupa ini dari Katsir bin Abdullah bin Amru, dari bapanya, dari datuknya.

Dari Amru bin Auf Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda: 'Sesungguhnya agama (Islam) itu akan kembali ke Hijaz, sebagaimana ular yang kembali ke dalam lobangnya. Lalu agama itu akan tertambat di Hijaz umpama tertambatnya unta-unta di puncak gunung.

Sesungguhnya agama itu lahir asing (tidak dikenali orang), dan dia akan kembali asing seperti mula lahimya. Maka berbahagialah orang-orang asing itu (yakni kaum yang bukan Arab), kerana merekalah yang akan membetulkan apa yang dirusakkan manusia dari sunnatku sepeninggalku nanti."


(Riwayat Tarmidzy)



Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah bersabda: 'Akan berlaku ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi (melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada ummatku juga.

Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada 72 kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada 73 kaum, semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku!' 


(Riwayat Tarmidzy)



Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam Takut terhadap Keduniaan Yang Melimpah Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry di dalam sebuah hadits, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda,

"Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian."

Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.



Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda,

"TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami."

Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141



Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari IbnuAbbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata,

"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi."

Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab,

"Aku pilih menjadi hamba dan nabi."

Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary dan An-Nasa'y. 


Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48.



Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar.

Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.

"Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu."

"Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?"

Al-Hakimjuga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161



Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam dan seluroh makluk dilangit dan bumi mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)..

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen.

Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia,serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”