Tuesday 27 September 2011

Perang Mautah ‘Mautah Guerra’ מלחמת Mautah

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam biasa mengirim surat kepada para raja untuk berdakwah dan tabligh kepada mereka. Salah satu surat beliau telah dibawa oleh Harits bin Umair Radhiyallahu Anhu yang akan diberikan kepada Raja Bushra. Ketika sampai di Mautah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh utusan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam.

Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan besar. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam sangat marah atas kejadian itu. Maka Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam menyiapkan pasukan sebanyak 3000 orang.

Zaid bin Haritsah Radhiyallahu Anhu telah dipilih menjadi peniimpin pasukan tersebut. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka Ja'far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu menggantinya sebagai pemimpin pasukan.

Jika ia juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu. Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk memilih siapa pemimpinnya".

Seorang Yahudi, ketika mendengar perkataan ini berkata, "Ketiga orang sahabat yang telah ditunjuk sebagai amir tersebut pasti akan mati. Anbiya Alayhis Sallam. pun, dahulu telah mengucapkan kata-kata yang demikian".

Kemudian Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam memberikan bendera berwarna putih kepada Zaid bin Haritsah Radhiyallahu Anhu. Beliau sendiri ikut mengantar rombongan untuk melepas mereka.

Di luar kota, ketika orang-orang yang mengantarkan pasukan tersebut akan kembali, maka beliau berdoa untuk para mujahidin ini dengan doa keselamatan, kejayaan, dan agar mereka dijauhkan dari semua perkara yang buruk sampai mereka kembali.

Do'a Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam ini dijawab oleh Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu dengan membaca 3 bait syair yang maksudnya:

Engkau meminta ampunan dari Tuhanmu.

Sedangkan kami menginginkan pedang yang akan memutuskan pembuluh-pembuluh darah atau tombak yang akan menusuk perut dan hatiku

Jika nanti, orang-orang melewati kuburan kami, mereka akan berkata:

Inilah orang-orang yang telah berjuang untuk Allah. Sungguh, kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan

Setelah itu, berangkatlah pasukan tersebut. Syarahbil pun telah mendengar tentang keberangkatan pasukan ini. Dia telah menyiapkan pasukan sebanyak 100,000 ribu tentara untuk melawan kaum muslimin.

Dalam pada itu, para sahabat Radhiyallahu Anhuma juga telah mendengar kabar bahwa Heraclius, raja Rom, juga telah mengirim 100,000 ribu tentaranya untuk ikut menyerang kaum muslimin.

Maka dengan jumlah musuh yang demikian banyak tersebut membuat sebagian sahabat Radhiyallahu Anhu menjadi ragu: meneruskan bertempur melawan musuh, ataukah memberitahukan kepada Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata,

"Hai orang-orang. Apa yang kalian takuti?

Untuk apa kalian keluar meninggalkan Romawiah (Rom) kalian?

Apakah kalian keluar ini bukan untuk mati syahid?

Kami adalah orang-orang yang tidak memperhitungkan kekuatan ataupun banyaknya orang dalam pertempuran.

Kami hanya berperang agar di suatu hari nanti, Allah Subhanahuwataala memuliakan kita.

Majulah. Setidaknya salah satu di antara dua kemenangan mesti kita dapatkan. Mati syahid, atau menang dalam pertempuran ini".

Mendengar kata-kata tersebut, semangat kaum muslimin pun bangkit kembali. Mereka terus maju sehingga sampailah pasukan tersebut di Mut'ah dan mulailah pertempuran berlangsung antara mereka dengan pasukan musuh. Dalam permulaan pertempuran, bendera dibawa oleh Zaid bin Haritsah Radhiyallahu Anhu.

Dengan bendera di tangan, ia telah menyerang ke tengah Pertempuran. Mulailah berlangsung pertempuran. Ketika itu saudara Syarahbil telah terbunuh sedangkan kawan-kawannya melarikan diri. Syarahbil sendiri telah lari ke sebuah benteng dan bersembunyi di dalamnya. Kemudian Raja Heraclius mengirimkan bala bantuan lagi kurang lebih sebanyak 200,000 ratus ribu orang tentara.

Pertempuran berlangsung dengan begitu dahsyatnya. Akhirnya, Zaid Radhiyallahu Anhu gugur syahid. Maka bendera kaum Muslimin segera diambil oleh Ja'far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, setelah itu ia memotong kaki kudanya agar tidak berpikiran lagi untuk kembali. Sambil menyerang musuh, ia membaca beberapa bait syair yang terjemahannya sebagai berikut:

Hai orang-orang, apakah tidak baik surga itu

Dan surga itu sudah dekat

Betapa indahnya ia

Dan betapa sejuknya air surga

Telah dekat masa siksa bagi raja Rom

Dan saya mempunyai kewajiban untuk membunuhnya

Setelah membaca syair tersebut, dipotonglah kaki kudanya dengan tangannya sendiri. Agar hatinya tidak berpikir untuk kembali. la menghunus pedangnya dan terjun ke tengah pertempuran melawan orang-orang kafir tersebut. Karena ia adalah pimpinan pasukan, maka bendera itu tetap berada di tangannya.

Pada mulanya, bendera tersebut dipegang dengan tangan kanannya. Tetapi salah seorang pasukan kafir telah memenggal tangan kanannya sehingga bendera pun terjatuh. Maka bendera tersebut segera diambil dengan tangan kirinya. Tetapi, orang kafir itu telah memotong kembali tangan kirinya. Maka ia segera mendekap bendera itu di dada dengan kedua lengannya yang masih tersisa dan digigitnya bendera itu dengan sekuat tenaga.

Kemudian, seorang musuh dari arah belakang menebasnya dengan pedang sehingga tubuhnya terpotong menjadi 2. Ia pun rebah ke tanah, dan gugur dalam keadaan syahid. Pada saat itu, Ja'far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu baru  berusia 33 tahun.

Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu berkata bahwa setelah Jafar Radhiyallahu Anhu menjadi mayat, ketika mayat tersebut diangkat, di bagian muka tubuhnya terdapat 90 buah luka. Ketika Ja'far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu telah mati syahid, maka orang-orang memanggil Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu

Ketika itu, ia sedang berada di sebuah sudut dengan beberapa tentara muslimin, sedang memakan sepotong daging karena sudah 3 hari lamanya mereka tidak makan sesuatu pun. Mendengar suara yang memanggilnya, maka dilemparkanlah sisa daging itu. Ia berkata memarahi dirinya sendiri,

"Hai lihatlah, Ja'far telah syahid, sedangkan kamu masih sibuk dengan keduniaanmu".

Maka ia segera maju menyerang ke depan dan mengambil bendera kaum muslimin. Tetapi, jari tangannya telah terluka berlumuran darah dan terkulai hampir putus. Kemudian jari itu diinjak dengan kakinya sendiri lalu ditarik tangannya sehingga terpotonglah jarinya tersebut.

Kemudian, jari yang sudah terputus itu ia lemparkan, kemudian ia maju kembali ke medan pertempuran. Dalam keadaan susah dan payah seperti ini, ia merasa sedikit ragu di dalam hatinya karena hampir tidak ada semangat dan kekuataan lagi untuk berperang. Tetapi, keraguan tersebut hanya terlintas sebentar saja dalam hatinya. Ia segera berkata pada dirinya sendiri,

"Wahai hati, apa yang masih kamu ragukan, apa yang menyebabkan kamu ragu-ragu? 

Istrikah? Ia sudah saya talak 3. 

Atau hamba sahaya yang kamu miliki? 

Semuanya telah saya merdekakan. 

Ataukah kebun? Itu pun telah saya korbankan di jalan Allah".

Setelah itu, ia membaca syair berikut:

"Wahai hati, kamu harus turun Meskipun dengan senang hati, ataupun dengan berat hati Kamu telah hidup dengan ketenangan beberapa lama. Berfikirlah, pada hakikatnya, kamu berasal dari setetes air mani. Lihatlah orang-orang kafir telah menyerang orang-orang Islam Apakah kamu tidak menyukai surga jika kamu tidak mati sekarang suatu saat nanti, akhirnya kamu akan mati juga".

Setelah itu, ia turun dari kudanya. Seorang sepupunya, yaitu anak pakciknya, telah memberi sekerat daging kepadanya sambil berkata, "Makanlah ini untuk meluruskan tulang punggungmu." Karena sudah berhari-hari ia tidak makan, maka daging tersebut diterimanya.

Baru saja ia mengambil daging tersebut, terdengarlah suara kekalahan. Akhirnya, dilemparkanlah daging tersebut. Ia segera mengambil pedangnya dan menyerbu ke kancah pertempuran melawan orang-orang kafir. Ia terus bertempur hingga mati syahid.




Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen