Tuesday 20 September 2011

Keadaan Lapar Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam

In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)



Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!


Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu katanya, bahwa pada suatu ketika Umar Radhiyallahu Anhu. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau:

Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawapan beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata:

Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar Radhiyallahu Anhu (yakni ayahnya) mengirim (sup) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah Radhiyallahu Anha berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu.

Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah:

Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha katanya: sering kali kita duduk sampai 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah Radhiyallahu Anha lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq:

Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam kenyang dari roti gandum 3 hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi:

Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam dari roti syair 2 hari berturut-turut sehingga beliau wafat.

Dalam riwayat lain lagi: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air. (Kanzul Ummal 4:38)

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah Radhiyallahu Anhu: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah kenyang 3 hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan Radhiyallahu Anhu secara mursal, katanya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama 3 hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah.

Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu katanya: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia.

Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu katanya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar.

Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan.

Dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)

Pernah Fathimah binti Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam datang kepada Nabi Sallallaahu `Alayhi-waa-Sallam membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah Radhiyallahu Anha: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak 3 hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu:

Maka Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad Radhiyallahu Anhu dia berkata: Tidak pernah Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia.

Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi:

 Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah Radhiyallahu Anhu katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami.

Maka Rasulullah Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat 2 batu demi 2 batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)

Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair Radhiyallahu Anhu dan dia ini dari para sahabat Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda:

Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'

Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi Sallallaahu`Alayhi-waa-Sallam ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya! (At-Targhib Wat-Tarhib 3:420)