Saturday 1 October 2011

Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhuma.

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhuma.

Ibunya bernama Qutayrah binti Abu Uzza dari Banu Amir bin lu'ai. Dia adalah saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Asma' telah dilahirkan 27 tahun sebelum Hijrah. Usianya lanjut, sehingga dia wafat pada tahun ke-73 sesudah Hijrah. Berarti usianya genap satu abad.

Dari masa jahiliyyah hingga ke masa pemerintahan Bani Umayyah. Semenjak permulaan Islam, Asma' telah banyak membantu perjuangan Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam beserta ayahnya. Ketika Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu dikejar-kejar oleh kafir-kafir Quraisy, keduanya bersembunyi di gua Tsur, maka setiap petangnya, Asma' binti Abu Bakar seorang diri telah datang ke tempat persembunyian itu untuk membawa makanan dan minuman untuk Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam serta ayahnya.

Pada malam ke-3, Asma'juga telah datang ke tempat Persembunyian Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan rnembawa Seorang penunjuk jalan, yaitu Abdullah bin Uraiqith. Kemudian Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersama sahabatnya meninggalkan gua itu untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Asma' membawakan bungkusan makanan bagi mereka.

Dan karena dia tidak menemukan tali untuk mengikat makanan itu pada unta, maka ia membuka tali ikat pinggangnya, lalu dikoyaknya menjadi 2 utas tali. Yang satu dijadikan ikat makanan kepada unta, dan yang lain diikatkan pada pinggangnya. Dan sejak itulah dia telah dikenal dengan panggilan 'Wanita yang mempunyai 2 ikat pinggang'.

Setelah berkhidmat dan membantu perjuangan Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam Ketika berhijrah ke Madinah, Asma' segera kembali ke rumahnya. Namun, belum sempat Asma' tiba di rumahnya, beberapa orang kaum Quraisy dengan diketuai oleh Abu jahal, sudah berada di belakangnya. Asma' ditanya dengan berbagai pertanyaan.

Tetapi dia tetap menjawab, 'Saya tidak tahu.' Hal itu telah membuat Abu Jahal marah, lalu dia menampar Asma' dengan tangannya yang kasar itu. lantaran tamparan itu terlalu kuat, sehingga anting-anting Asma' tercabut dari telinganya. Rasa sakit dari tamparan Abu jahal itu terus terasa oleh Asma' sampai beberapa hari, bahkan dia tidak dapat melupakannya seumur hayatnya.

Asma' telah memeluk Islam bersama-sama orang yang pertama memeluk Islam. Dia adalah orang yang ke-12 dalam urutan orang-orang yang mula-mula memeluk Islam. Usia Asma' 8 tahun lebih tua dari 'Aisyah Radhiyallahu Anha.

Asma' telah menikah dengan Zubair bin Awwam Radhiyallahu Anhu. Dan darinya mempunyai anak: Abdullah, Urwah, Mundzir, Asim, Muhajir, Khadijah, Ummul Hasan dan 'Aisyah.

Suaminya, Zubair telah syahid dalam pertempuran jamal. Asma' binti Abu Bakar berkata, 'Ketika aku menikahi Zubair, dia belum mempunyai rumah, juga tidak mempunyai budak. Dia tidak mempunyai apa-apa di muka bumi ini selain kudanya. Akulah yang biasanya menggembalakan kudanya, memberinya makan, dan merawatnya.

Selain itu aku juga yang menggiling kurma, menggembalakan unta, memberinya minum, menambal ember, dan membuat roti. Sebenarnya aku tidak begitu pandai membuat roti, maka tetanggaku orang Anshar yang biasanya membuatkan roti untukku. Mereka adalah wanita-wanita yang ramah.'

Asma' sering menjujung bibit kurma di kepalanya dari hasil tanah milik Zubair yang telah dihadiahkan oleh Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam kepadanya. Tanah itu jauhnya sekitar 2 mil. Suatu hari, Asma' sedang membawa bji-biji kurma itu di atas kepalanya, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan sekelompok sahabat Radhiyallahu Anhu.

Lalu Beliau Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam memanggil Asma', 'ayoh! lkutlah!' mengajaknya agar ikut di belakang beliau. Asma' merasa malu sekati berjalan bersama para laki-laki. Dan ia teringat akan Zubair dan kecemburuannya. Karena Zubair termasuk orang yang paling cemburu.

Dan ketika Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam melihat bahwa Asma' malu, lalu beliau pergi. Setelah itu, Asma' menemui Zubair dan menceritakan kejadian tadi, 'Tadi Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bertemu denganku ketika aku sedang menjunjung biji kurma di kepalaku. Ada sekelompok sahabat bersama beliau.

Beliau merundukkan untanya supaya aku boleh ikut menunggang unta itu bersama beliau, tetapi aku sangat malu dan aku tahu rasa cemburumu.' Zubair berkata, 'Demi Allah, memikirkanmu menjunjung biji kurma adalah lebih berat bagiku daripada kamu berkendaraan bersama beliau.'

Pada suatu ketika Asma' merasa Zubair berlaku keras terhadapnya. Lalu Asma' menemui ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mengeluhkan tentangnya. Ayahnya berkata, 'Putriku, Sabarlah. jika seorang wanita mempunyai suami yang shaleh dan dia meninggal, lalu wanita itu tidak menikah setelah itu, mereka akan dipersatukan kembali di surga.'

Asma' binti Abu Bakar pernah datang menemui Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan berkata, 'Ya Nabi Allah! tidak ada apa-apa di rumahku kecuali apa yang dibawakan Zubair untukku. Salahkah bila aku menginfakkan sebagian dari yang dibawakannya itu?' Beliau menjawab, infakkanlah yang kamu boleh. Jangan menimbun harta, atau Allah akan menahannya darimu.'

Kedermawanannya tidak diragukan lagi. Prinsip hidupnya adalah menyedekahkan apa yang ada, tanpa menyimpannya. la sangat menyakini, bahwa dengan memperbanyak sedekah akan menambah rezeki dan menyelesaikan masalah.

Diriwayatkan bahwa Asma' binti Abu Bakar jika merasa tidak enak badan, maka dia akan membebaskan semua budak miliknya. jika ia merasa sakit kepala, maka ia akan meletakkan tangannya di kepalanya, seraya berkata, 'Tubuhku, dan yang diampuni Allah sudah cukup!'

Asma' pun sering menasehati putra-putri dan ahli keluarganya, 'Berinfaklah dan bersedekahlah dan jangan menanti agar wangmu berlebih. jika engkau mengharapkan wangmu berlebih, engkau tidak akan mendapatkannya. Jika engkau bersedekah, enpkau tidak akan menderita kerugian.'

Demikian Islam melekat pada dirinya, sehingga kepada ibu kandungnya pun ia sangat berhati-hati, mengingat ibu kandungnya sendiri belum memeluk Islam. Diriwayatkan bahwa Qutayrah binti Abdul Uzza - yaitu istri Abu Bakar yang telah diceraikan pada zaman jahiliyah karena masih kufur - mengunjungi putrinya Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha. Ia membawa kurma, mentega cair dan daun mimosa.

Tetapi Asma' menolak tidak mau menerima pemberiannya itu, bahkan Asma' telah melarang ibunya itu memasuki rumahnya. Kemudian Asma' menemui Aisyah Radhiyallahu Anha, "Tanyakanlah kepada Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam.' Beliau menjawab, "Sebaiknya kamu izinkan ibumu masuk dan menerima pemberiannya." Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya,

Firman Allah Taala: 'Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik, dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama, dan mengusirmu dari negerimu, dan membantu orang lain dari mengusirmu. Dan barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.' (Surah Al-Mumtahanah: Ayat 8-9).

Ketika usianya bertambah tua, Allah telah memberinya ujian, yaitu kedua belah matanya menjadi buta. Dan kezuhudan dan kecintaannya kepada akhirat, telah banyak menjauhkan dirinya dari tipu daya dunia. Pernah pada suatu ketika, putranya yaitu Mundzir bin Zubair telah datang dari lrak.

Dan ia mengirimi Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha sehelai baju yang terbuat dari kain halus yang sangat lembut. Ketika baju itu sampai, Asma' menyentuh kain itu dengan tangannya, lalu ia berkata, 'Hussh Kembalikan pakaian ini kepadanya!' Terlihat Asma' sangat gusar dengan hadiah itu.

Melihat hal ini Mundzir berkata, 'Wahai lbu, (baju) ini tidak tembus pandang!' Asma' menjawab, 'Jika tidak tembus pandang, ia tembus cahaya.' Kemudian Mundzir memberikan kepada Asma' sebuah pakaian biasa dan Asma' menerimanya. Asma' berkata, 'Aku akan memakai pakaian seperti ini.'

Pada suatu ketika, pada masa pemerintahan Banu Umayyah, ketika Asma' telah berusia 100 tahun dan matanya telah menjadi buta, datanglah Abdullah bin Zubair menemui ibunya Asma'. Abdullah berkata, 'Wahai ibuku! Orang-orang telah mengecewakanku. Aku tidak mempunyai pendukung, kecuali beberapa orang saja.' Menanggapi kesedihan anaknya ini, Asma' memberikan nasehat dan dorongan untuk membangkitkan lagi semangat anaknya, ia berkata:

'Wahai anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu sendiri. jika engkau yakin, bahwa engkau di atas kebenaran, dan kepada kebenaran engkau menyeru orang, maka teruskaniah! Sahabat-sahabatmu juga telah terbunuh di atas kebenaran ini. jangan engkau jadikan batang lehermu dipermainkan oleh anak-anak bani Umayyah.

Tetapi, jika engkau hanya menginginkan dunia semata, maka seburuk-buruk hamba adalah engkau! Engkau telah membinasakan dirimu sendiri, dan engkau telah membinasakan orang-orang yang telah terbunuh bersama-samamu.

Dan jika engkau berada di atas kebenaran, lalu sahabat-sahabatmu menghadapi kesulitan, apakah engkau akan menjadi lemah?! Demi Allah, ini bukaniah sikap orang-orang yang merdeka dan bukan pula sikap ahli agama. Berapa lama engkau akan tinggal di dunia ini? Mati adalah lebih baik!'

Mendengar nasehat dan dorongan dari Asma' ini, maka Abdullah bin Zubair merasa tenang dan bersemangat. Lalu ia datang kepada Asma' dan mencium kepalanya, sambil berkata, 'Demi Allah, inilah pendapatku! Akan tetapi aku ingin mengambil fikiran darimu, dan kini engkau telah menambahkan kepadaku keteguhan hati di atas keteguhan yang telah ada padaku. lngatlah, wahai ibuku!

Anggaplah aku ini sudah mati dari hari ini, dan aku harap engkau tidak terlalu sedih jika mendengar beritaku kelak, dan serahkanlah masalah ini kepada Allah!' Kemudian Abdullah memberikan kata selamat tinggal kepada ibunya.

Dalam riwayat lain disebutkan, pernah Abdullah mengadu kepada ibunya tentang kebimbangan hatinya, jika ia mati, tentu mayatnya akan dipotong-potong oleh Al-Hajjaj. Maka Asma' menentramkannya dengan berkata, 'Apakah orang yang sudah mati, akan merasakan siksa atau aniaya, yang dibuat oleh orang yang hidup? Tentu tidak bukan?!'

Ketika Abdullah telah terbunuh di tangan Al-Hajjai. Hajjai telah meletakkan mayatnya tersalib di atas batu. Dan dia bersumpah tidak akan menurunkannya dari atas salib itu, sehingga ibunya sendiri datang memohon kepadanya untuk menurunkan mayat itu.

Akan tetapi, Asma' sangat enggan untuk menundukan kepalanya kepada Al-Hajjaj. Maka mayat itu terus bergantung di situ, sehingga genap setahun lamanya di atas salib. Dan ketika pada suatu hari Asma' melintas di situ, ia berkata, 'Apakah masih belum sampai masanya bagi pahlawan ini untuk menapakkan kakinya di atas bumi!'

Mendengar ucapannya tersebut, orang-orang bani Umayyah telah menganggap kata-kata Asma' itu sebagai permintaan belas kasihan kepada anaknya, maka mereka pun menurunkannya dari atas salib.

Al-Hajjaj pernah datang kepada Asma' dengan penuh keangkuhan dan berkata kepadanya, 'Apa pendapatmu tentang apa yang telah kulakukan terhadap anakmu?' Asma' menjawab dengan tegas, 'Aku telah membinasakan dunianya, ketika dia telah berhasil membinasakan akhiratmu.'

Sebelumnya Asma' telah berdoa, 'Ya Allah! janganlah Engkau ambil nyawaku sebelum mataku merasa bahagia dengan mayat anak-ku!' Dan seminggu setelah mayat Abdullah diturunkan dari salib itu, barulah Asma' meninggal dunia.

Diriwayatkan bahwa Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha juga termasuk golongan wanita-wanita pemberani. Dia selalu menyimpan sebuah belati di bawah bantalnya untuk melawan para pencuri yang merajalela di Madinah. Keberanian Asma' bukan sekedar itu, bahkan ia berani berkata hak di hadapan seorang penguasa walaupun terasa pahit.

la pernah pergi menemui Hajjai dalam keadaan buta. Dia bertanya, 'Di mana Hajjaj?' Mereka menjawab, 'la tidak di sini.' Dia berkata, 'Katakaniah kepadanya bahwa aku mendengar Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata, 'Ada 2 orang laki-laki di Thaif:

Yang seorang adalah pendusta dan yang seorang lagi adalah perusak.' Yang dimaksud perusak adalah Hajjaj itu sendiri. Ketika pesan itu disampaikan kepada Hajjaj, Hajjaj berbalik mengunjungi Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha dan berkata kepadanya, 'Putramu telah menumpang di rumah ini dan Allah telah membuatnya merasakan siksaan yang pedih yang telah dilakukan atasnya.'

Asma' menjawab, 'Engkau berdusta. Dia berbakti kepada kedua orang tuanya, berpuasa dan shalat, tetapi demi Allah, Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam memberitahu kami bahwa seorang pendusta akan muncul dari Tsaqif, yang satu lebih buruk dari yang pertama, yaitu ia seorang perusak.'

Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha mewasiatkan sebelum wafatnya, 'Jika aku meninggal dunia, mandikanlah aku dan kafanilah, serta berilah wewangian, tetapi jangan tinggalkan wawangian di kain kafanku dan jangan mengikutiku dengan api.'

Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha meninggal dunia beberapa malam setelah putranya Abdullah bin Zubair diturunkan dari salib. Abdullah bin Zubair telah terbunuh pada hari Selasa, 17 jumadil-Ula tahun 73 Hijrah.



Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam dan seluroh makluk dilangit dan bumi mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)..

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen.



Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia,serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”