Sunday 2 October 2011

Para Sahabat Radhiyallahu Anhumu Melintas Sungai Dajlah 'El Sahabat (Compañeros), que Alá este complacido con él la paz sea con él paso Dajlah Río'

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Para Sahabat Radhiyallahu Anhumu Melintas Sungai Dajlah

Abu Nu'aim mentakhrij dari Ibnu Rufayl, dia berkata, "Ketika Sa'ad Radhiyallahu Anhu datang ke Bahurasyair, yaitu suatu daerah lembah paling bawah sebelah barat sungai Dijlah (sungai Tigris, sungai yang melalui Baghdad) atau dekat dengan daerah Syair. Sa'ad Radhiyallahu Anhu kemudian meminta dicarikan perahu-perahu untuk memindahkan orang-orang dari daerah di lembah itu ke daerah di seberang yang lebih tinggi. Akan tetapi mereka ditakdirkan tidak mendapatkan perahu atau yang sejenisnya dan mereka mengetahui bahwa perahu-perahu itu telah diambil oleh orang-orang Parsi.

Mereka kemudian tinggal di daerah itu untuk beberapa hari. Pasukan Muslimin telah meminta Sa'ad untuk melanjutkan perjalanan. Sebagaimana mereka ingin meninggalkan daerah itu Sa'ad Radhiyallahu Anhu pun menginginkannya tapi ia melarang untuk kebaikan pasukan Muslimin sehinggalah datang seorang Ajlaj (orang kafir ajam) kepad Sa'ad Radhiyallahu Anhu.

Orang Ajlaj itu menunjukkan Sa'ad Radhiyallahu Anhu tempat yang airnya sedikit yang mana orang-orang dapat melaluinya dengan berjalan atau berkuda ke seberang. Tapi Sa'ad Radhiyallahu Anhu menolaknya dan sedikit ragu-ragu untuk pergi ke sana. Air yang sedikit itu pun pasang naik menyebabkan orang-orang Muslim terkejut.

Malam hari, Sa'ad Radhiyallahu Anhu bermimpi dalam tidurnya bahwa orang-orang Muslimin melewati sungai itu. Dengan takwil mimpinya Sa'ad Radhiyallahu Anhu ber'azam bahwa orang-orang Muslim akan menyeberangi sungai itu. Sa'ad Radhiyallahu Anhu lalu mengumpulkan orang-orang dan kemudian dia memuji Allah Subhanahuwataala dan meninggikan sifat-sifat kemuliaan Allah Subhanahuwataala, kemudian ia berkata, "Sesungguhnya musuhmu (pasukan Parsi) telah menjadikan sungai ini sebagai tameng pelindung sehingga kamu tidak dapat sampai ke sana.

Akan tetapi mereka dapat ke sini jika mereka mau dan dapat melawan kalian dengan menggunakan perahu-perahu yang mereka miliki sementara sebagian kamu takut karena tidak mempunyai apa-apa. Saya berkeinginan untuk menyeberangi sungai ini". Semua mereka kemudian berkata, "Allah Subhanahuwataala beri ke'azaman kepada kita dan engkau (Sa'ad Radhiyallahu Anhu) adalah pemimpin di antara kami dan memberikan keputusan yang baik bagi kami (yaitu sifat tha'at mereka kepada pimpinan)".

Kemudian Sa'ad Radhiyallahu Anhu menyiapkan pasukan Muslimin untuk menyeberang. Sa'ad Radhiyallahu Anhu berkata, "Siapa yang siap menjaga kita di barisan belakang dari pasukan Parsi? Maka dipilihlah 'Asham bin 'Amrin sebagai ketua pasukan yang berjaga di belakang. Bersama 'Asham ada 600 orang pasukan Muslimin yang dipilih dari orang-orang yang pemberani.

Setelah itu mereka bergerak ke tepi Dijlah, Sa'ad Radhiyallahu Anhu berkata, "Siapa yang siap melindungi kita dari musuh di bagian depan?. Maka kemudian 60 orang dari mereka dipilih untuk berada di barisan terdepan. Kemudian pasukan Muslim yang lainnya dibagi menjadi 2 kelompok antara yang mengendarai kuda dan yang tidak serta yang lelaki dan perempuan untuk mempermudah pergerakan pasukan tersebut menyeberangi Dijlah.

Bila Sa'ad Radhiyallahu Anhu melihat ke bagian belakang dan sudah dalam keadaan terjaga maka ia memerintahkan orang-orang untuk menyeberang dan Sa'ad Radhiyallahu Anhu berkata, "Katakanlah Tasta'inubillaah. Dan mereka semua menyeberangi Dijlah tanpa sedikitpun telapak kaki mereka menyentuh permukaan air sambil saling bercakap-cakap di antara mereka (yaitu tanpa rasa takut sedikitpun).

Orang-orang Parsi terkejut dan tidak mengira pasukan Muslim dapat berjalan di atas air sehingga mereka ketakutan lalu melarikan diri serta mengambil semua perbekalan mereka. Pasukan Muslim masuk ke daerah itu pada bulan Safar tahun 16 H.

(Ad-Dalail, 208)


Terbelahnya Dijlah

Ditakhrijkan oleh Abu Nu'aim dari Abubakar bin Hafs bin 'Umar, dia berkata, "Salman Al-Farisi dan Sa'ad Radhiyallahu Anhu berjalan berpasang-pasangan dan Sa'ad berkata, 'Hasbunallah Sungguh Allah akan menolong wali-wali Nya dan Allah mengembangkan Agama ini dan Allah akan mengalahkan musuh-Nya, jika di dalam pasukan ini tidak ada kefasadan kedzulumatan) atau dosa maka akan mendapatkan hasanah (pertolongan).

Dan kemudian Salman Radhiyallahu Anhu berkata, 'Sungguh Islam ini baru, Allah Subhanahuwataala akan menundukkan sungai ini (Dijlah) sebagaimana Allah Subhanahuwataala telah menundukkan bumi (daratan) kepada kita, demi Allah yang diri Salman berada di dalam genggamanNya.

Lalu sungai Dijlah itu terbelah sehingga tidak nampak air sedikitpun di bagian yang terbelah itu dan pasukan Muslim ketika melaluinya mereka berbicara lebih banyak dibandingkan ketika mereka di darat (menunjukkan mereka dalam keadaan yang tidak ada rasa takut dan dalam keadaan tenang).

Pasukan Muslim yang berkelompok kelompok keluar darinya sebagaimana mereka masuk kedalam Dijlah. Mereka keluar dari sungai itu sama sebagaimana sumpah Salman Radhiyallahu Anhu. Mereka tidak kehilangan sesuatu apa pun dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mati (tenggelam).

(Ad-Dalaail, 209)


Yaum Al-Jaratsim

Ditakhrijkan oleh Ibnu Jarir dari 'Umar Ash Shaidy, dia berkata, "bila Sa'ad Radhiyallahu Anhu dan orang-orang Muslim masuk ke Dijlah dengan berdua-dua (berpasangan), Salman Radhiyallahu Anhu berjalan bersama Sa'ad Radhiyallahu Anhu, mereka berjalan di atas air.

Sa'ad Radhiyallahu Anhu berkata, 'Dzalika taqdiirul 'aziizil 'aliim' (Yaasin:38), dan apabila air itu meninggi maka kuda-kuda mereka juga naik, (para sahabat dapat merasakan) kuda-kuda itu dalam keadaan tenang sebagaimana di daratan. Di Madain tidak pernah terjadi hal seperti ini maka hari itu disebut Yaum al-Maa' (hari air) dan mereka panggil juga hari itu sebagai Yaum Al-Jaratsim (hari tempat-tempat yang tinggi).

(Tarikh Ibnu Jarir, 3:122)


Abu Nu'aim mentakhrijkan dari 'Umar Ash Shaidy sama seperti yang lain sampaikan kecuali tidak ada dikawasan Madain kejadian ajaib dan karena itu hari tersebut dipanggil Yaum al-Jaratsim. Tidak ada satu pun dari mereka di hari itu kecuali dalam keadaan gembira.

(Ad-Dalaail, 29)


DitundukkanNya Sungai Dijlah bagi Pasukan Muslimin sewaktu Penaklukan Madain

Ibnu Hatim mentakhrij dari Habib bin Dhabyan, dia berkata, "Seseorang dari pasukan Muslimin yang bernama Hajar bin Ady berteriak, "mengapa kalian tiadak segera menyerbu musuh dengan menyeberangi sungai ini (Dijlah/Tigris)? Sementara Allah telah berfirman: 

'Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya'." Setelah itu ia terjun ke sungai dengan tetap menunggang kudanya, prajurit Muslim lainnya juga mengikuti langkahnya. Ketika musuh melihat apa yang dilakukan oleh pasukan Muslimin mereka berkata, "diiwaan (bentuk jamak kata diiwa, bahasa Parsi yang berarti Jin Ifrit)". Lalu mereka melarikan diri.

(Sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Katsir, 1/410.)


Nizhom Ghaibiyah

Satu ketika kumpulan pasukan Muslimin terpaksa berkemah di hutan belantara di Afrika dimana terdapat bermacam-macam binatang yang berbisa dan beracun yang begitu banyak. Komandan perang 'Aqbah bersama-sama dengan beberapa orang sahabat-sahabat pecah masuk ke dalam hutan itu dan berkata dengan kuatnya:

"Wahai segala jenis binatang merayap dan binatang-binatang berbisa bumi ini! Kami sahabat-sahabat Pesuruh Allah berencana untuk berkemah di sini. Maka kamu dinasehatkan supaya meninggalkan tempat ini, jika tidak, jika didapati salah seekor dari kamu masih berada di sini setelah ini, kami akan bunuh dia."

Pemberitahuan ini menyebabkan binatang-binatang buas dan binatang-binatang yang merayap meninggalkan tempat itu tidak menunggu waktu lagi dan dengan seluruh anak-anak mereka.

Telah terjadi satu ketika didalam peperangan dengan orang-orang Rom bahwa Safinah memecah masuk telah tersesat jalan. Sedang beliau mencari jalan keluar, beliau berjumpa dengan seekor singa. Safinah menerobos menegur binatang itu dan memberitahunya bahwa beliau adalah pelayan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan telah tersesat jalan.

Maka singa itu pun menunjukkan jalannya seperti seekor kucing yang jinak. Bila dia mencium bau bahaya didalam perjalanan, dia akan menerkam untuk menghilangkan bahaya itu dan kembali kepada Safinah menerobos lagi sehingga mereka sampai di perkemahan dan singa itu kemudiannya kembali lagi ke dalam hutan.

Didalam peperangan dengan orang-orang Murtad, Abu Bakar Siddiq menerobos telah mengutus 'Ala Hadrami menerobos sebagai ketua perang bagi sekumpulan pasukan menuju Bahrain. Pasukan itu telah melewati sebuah hutan dimana air tidak didapati sama sekali dan pasukan itu hampir akan mati kerana dahaga. 'Ala turun dari kudanya, melaksanakan 2 rakaat solat dan kemudian berdoa kepada Allah dengan perkataan-perkataan demikian:

"Wahai Yang Maha Penyantun! Wahai Yang Maha Mengetahui! Wahai Yang Maha Tinggi, Wahai Yang Maha Agung! Berilah air kepada kami untuk minum."

Tiba-tiba saja datanglah awan dan hujan turun membasahi bumi dengan banyaknya dan orang-orang pun minum sepuas-puasnya, memberi minum kepada unta-unta dan kuda-kuda mereka dan membekalinya sedikit di dalam tempat-tempat air mereka.

Orang-orang murtad telah mengambil perlindungan di seberang sungai di Durban dan telah membakar perahu-perahu supaya orang-orang Islam tidak dapat mengejar mereka. Sebaliknya pasukan Muslim harus menyeberangi sungai itu. 'Ala sampai ke tebing sungai, solat 2 rakaat dan berdoa,

"Wahai Yang Maha Penyantun! Wahai Yang Maha Mengetahui! Wahai Yang Maha Tinggi, Wahai Yang Maha Agung! Berilah kami menyeberangi sungai ini."

Dan setelah memohon kepada Allah dengan perkataan-perkataan ini 'Ala mengambil kendali kudanya, dipegangnya dan terjun ke dalam laut. Abu Hurairah menerobos berkata,

"Kami sedang mengharunginya. Demi Allah, malahan tapak-tapak kaki kuda kami dan kaki-kaki kami pun tidak basah. pasukan itu mengandungi empat ribu orang."

Arif bin Mindir, seorang penyair, yang dia sendiri menyertai didalam peperangan ini menyatakan didalam dua rangkap syairnya akan peristiwa itu. Beliau berkata,

"Apakah kamu tidak lihat bahwa Allah menundukkan sungai untuk kami dan betapa kerasnya bencana yang Ia telah turunkan keatas orang-orang kafir? Kami memohon kepada Dia Yang Mulia Yang telah menundukkan laut kepada bani Israil. Dia menolong kami lebih dari apa yang telah Ia lakukan untuk bani Israil."



Manasye King, bani Israel, Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam dan seluroh makluk dilangit dan bumi mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)..

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen.



Di DUNIA LAGI: Mereka-Mereka Ini Yang Allah Taala Telah Janjikan Surga

Firman Allah Taala: Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia,serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah Taubah ‘9: Ayat 100)

Didalam ayat-ayat Al`Quran yang dinyatakan diatas ini Allah telah memuji para`para Sahabat dan menyatakan tentang kesukaanNya terhadap mereka. Sebaya juga kitab`kitab dari hadis dipenuhi dengan kelebihan`kelabihan mereka misalnya:

(1) ‘Ikutilahlah Abu Bakar dan Umar dikala daku tidak bersama kalian lagi.’

(2) “Persamaan yang ada pada diri para Sahabat adalah seumpama persamaan bintang`bintang (sebagai panduan)”. Barangsiapa mengikut mereka akan dipimpin (di jalan yang lurus).

(3) “Persamaan yang ada pada para Sahabat (di kalangan manusia) adalah ibarat persamaan garam didalam makanan. Tiada ada kelazatan didalam makanan tanpa garam.”

(4) Berwaspadalah (dari mengerakkan lidahmu) dari memburukkan nama para Sahabatku. Janganlah menjadikan mereka sebagai sasaran dari fitnahmu. Sesiapa yang mencintai mereka kerana kasih`sayangnya untukku dan sesiapa yang beriri hati terhadap mereka, bermakna dengki kepadaku. Begitu juga sesiapa yang benci kepada mereka dengan tersendirinya mereka  benci akan ku dan sesiapa yang membenci akan daku bermakna dia membenci akan Allah. Dan Allah dengan secepat mungkin akan meragut nyawa orang yang membenciNya.”

(5) “Jangan sekali`kali mencaci para Sahabatku. Jika seseorang diantara kamu (orang`orang yang datang sesudah para Sahabat) telah membelanjakan emas (sebagai sedekah) adalah ganjarannya sama juga seperti beratnya ‘Gunung Uhud’ namun kalian tidak boleh mendapat ganjaran menyamai dengan apa yang telah diperolehi dari Sahabatku yang hanya membelanjakan 1 atau setengah ‘Mudd’ dari biji`bijian sahaja.” (1 ‘Mudd’ sama juga 1 ¾ paun).

(6) “Keatas seseorang yang  mencercai para Sahabatku, sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dari Allah dan para Malaikat serta dari sekelian manusia yang ada di bumi ini. Semada Sembahyang fardu maupun Salat Nafilnya tidak akan diterima oleh Allah”

(7) Ingatlah: Selepas para`para Nabi, Allah telah mengutamakan para`para Sahabatku meliputi segala ciptaanNya. Sekali lagi ia melebihi kesemua dari para Sahabat yang lainnya. Mereka ialah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

(8) Wahai manusia! Daku merasai begitu gembira dengan Abu Bakar. Kalian sepatutnya menyedari kedudukannya itu. Daku juga merasai gembira terhadap Umar, Ali, Usman, Talhah, Zubair, Saad, Abdur Rahman bin Auf dan Abu Ubaidah. Kalian sepatutnya menyedari akan kedudukan mereka itu. Wahai manusia! Allah telah mengumumkan (pengisytiharan/declaration) keampunanNya bagi kesemua dari mereka yang menyertai peperangan Uhud dan yang Bait’at (bersumpah`setia) kepada ku di Hudaibiyah. Wahai manusia! Kalian patut mempunyai penghargaan untukku semasa berunding dengan para`para Sahabatku khasnya mereka`mereka yang mempunyai pertalian darah denganku. Awasilah dari melakukan sebarang kesilapan kepada mereka jika mereka mengadu mengenaimu pada Hari Penghisapan dimana dikau pasti tidak terampun.”

(9) Berikan penghargaan kepadaku ketika kamu berunding dengan para Sahabatku dan mereka `mereka yang mempunyai pertalian darah denganku melalui perkahwinan. Seseorang yang mempunyai penghargaan kepadaku akan berada di dalam perlindungan Allah pada Hari Hisab nanti. Allah bebas dari sebarang kewajipanNya kepada sesiapa yang tidak mempuyai penghargaan untukku. Ia boleh meragut nyawanya pada bila`bila masapun.”

(10) “Pada Hari Hisab nanti daku akan menjadi perlindung bagi mereka`mereka yang mempunyai penghargaan untukku ketika berunding dengan para Sahabatku.”

(11) “Seseorang yang mempunyai penghargaan untukku didalam rundingannya dengan para Sahabatku akan dapat menghampirku ketika daku berada di ‘Kauthar’ nanti manakala orang yang tidak mempunyai penghargaan untukku di dalam rundingan dengan mereka itu tidak akan dapat menghampiriku. Ia boleh memandang wajahku hanya dari satu jarak sahaja”