Monday 19 September 2011

Khidmat Asbab Hidayat





KARGOUZARI: ? seperti cahaya yang berjalan di atas permadani yang sangat indah? Kargouzari ini bukanlah bertujuan untuk menceritakan amal-amal yang pernah dilakukan, melainkan sekedar berbagi ?pengalaman sederhana? agar meningkatkan ghirah kita dalam perkara dakwah. Amin. Suatu ketika rombongan jemaah keluar di daerah hulu sungai. K…ampung itu bernama Sungai Jeruang. Sungai di kampung itu adalah sungai yang masih jernih dan dijadikan sumber air bagi PDAM untuk dikirimkan ke rumah-rumah warga di Kota Sungai Penuh dan sekitarnya. Namun pada waktu itu Kerinci tengah kekeringan, hampir 6 bulan tidak turun hujan. Sungai-sungai nyaris tidak mengalir, hanya berupa genangan-genangan. Ledeng di rumah-rumah warga sudah tidak mengalir sekitar 1 bulan. Singkat kata, Sungai Penuh waktu itu sangat bertolak belakang dengan namanya sehingga air mesti beli literan. Ketika Jemaah sampai di Mushalla Sungai Jeruang ternyata Mushalla itu sudah tidak pernah dipakai oleh masyarakatnya. Selain di Mushalla itu belum ada listrik, jaraknya dari rumah masyarakat juga agak jauh. Hanya ada 3 rumah dalam radius 50 meter dari Mushalla. Rumah masyarakat disini satu sama lain juga berjauhan, ada yang 20 meter, 50 meter, bahkan ada yang 100 meter lebih. Maka bisa dibayangkan ketika berjaulah jemaah harus melewati jalan setapak yang cukup jauh. Belum lagi setiap rumah rata-rata memelihara 3 sampai 10 ekor anjing yang selalu menyambut jemaah dengan taring-taringnya. Tapi 100% Masyarakatnya adalah muslim. Di Mushalla itu tidak ada tempat wudhu, biasanya masyarakat berwudhu di sungai yang terdapat di depan Mushalla. Namun, kali ini sungai itu benar-benar tidak mengalir. Hanya berupa genangan-genagan saja. Jika ada orang yang mau 2 (buang hajat), maka kotorannya hanya berputar-putar di genangan itu (tidak hanyut). Beberapa jemaah mulai mengeluh dengan keadaan ini, ada yang usul minta pindah, ada yang usul numpang wudhu di rumah warga, dll. Tapi Amir putuskan untuk tetap di Mushalla ini, Amir meminta jemaah untuk khidmat pada warga kampung ini. Amir mentarghib jemaah dengan fadhilah-fadhilah khidmat. Hari pertama itu jemaah langsung menyusuri sungai mencari sumber mata air hingga ke bukit yang cukup jauh. Disitu ada sedikit air yang mengalir yang keluar langsung dari pinggir jurang. Jemaah memutuskan menambah korban untuk membeli bambu milik warga yang digunakan sebagai saluran air buatan dari mata air menuju Mushalla, sehingga jemaah bisa berwudhu, mandi, masak, dan cuci dengan air bersih. Untuk keperluan 1 dan 2 (buang hajat) beberapa jemaah ada yang menggali tanah atau menggunakan ?WC terbang? karena tidak ingin mengotori sungai yang sudah tidak mengalir. Jemaah juga memperbaiki pengeras suara yang sudah lama tidak dipakai dan mengganti aki-nya dengan yang baru. Untuk keperluan memasak, jemaah langsung belanja untuk keperluan selama 3 hari karena jauhnya jarak untuk ke warung terdekat. Hari pertama jemaah hanya mengerjakan program khidmat masjid (Mushalla), hanya jaulah saja yang dilakukan menjelang magrib meskipun hanya beberapa rumah saja yang di datangi. Alhamdulillah ketika sholat isya ada 2 orang warga yang ikut sholat berjamaah. Mereka senang sekali dengan kedatangan jemaah, meski awalnya mereka sedikit curiga dan menyangka jemaah adalah terrorist. Pagi harinya, para warga tidak disangka-sangka datang ke Mushalla dengan membawa peralatan seperti cangkul, golok, kapak, dll. Rupanya mereka ingin memperbaiki saluran air yang sudah dibuat oleh jemaah, sementara para ibu-ibu menyiapkan hidangan untuk suami mereka yang bergotong royong memperbaiki keperluan Mushalla. Subhanallah, ini sebuah pemandangan yang indah. Sholat dzohor pada hari kedua di Mushalla itu dipenuhi oleh warga, begitu juga dengan sholat berjamaah selanjutnya. Kata kepala dusun Sungai Jeruang, warga tergerak hatinya setelah seorang nenek yang ahli ibadah di kampung itu mengatakan bahwa; ia melihat para jemaah yang berjalan menuju rumah warga (jaulah) kemarin sore ?seperti cahaya yang berjalan di atas permadani yang sangat indah?, sehingga si nenek tidak berhenti menangis semalaman dan melaporkan apa yang ia lihat kepada Kepala Dusun. Allohuakbar! Jemaah yang kali pertama keluar di tempat itu meninggalkan kesan mendalam di hati warga, ketika jemaah hendak pindah ke Masjid berikutnya ada 7 orang warga yang siap untuk bergabung bersama jemaah. Subhanallah?