Monday 26 September 2011

Said bin Musayab Rahmatullahi 'Alaih. (tabi’ien (yakni anak-anak kepada Sahabat Radhiyallahu Anhum)

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Seorang Tabiin merdeka, Puasa di siang hari, salat tahajud di waktu malam. Dia sempat menunaikan ibadah haji sebanyak 40 kali. Tidak pernah ketinggalan takbiratul Ihram dalam salat jemaah selama 40 tahun dan tidak pernah ditemukan melihat tengkuk seseorang pada waktu salat, selama itu juga, karena selalu berada di baris pertama.

Lebih memilih kawin dengan putri Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, meski mampu mengawini wanita Quraisy yang dia kehendaki.

Sejak kecil telah bernazar untuk mengabdikan dirinya kepada ilmu pengetahuan.

Banyak menimba ilmu dari istri-istri Nabi dan dari para Sahabat seperti Abdullah bin Abbas, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Umar, Usman, Ali, dan Shuhaib Radhiyallahu Anhum.

Mempunyai etika dan tingkah laku seperti yang dicontohkan oleh para sahabat.

Orang yang paling zuhud terhadap kehidupan. Pernah suatu ketika dia menolak lamaran putra mahkota, Walid bin Abdul Malik, putra khalifah, Abdul Malik bin Marwan untuk mengawini putrinya. Dia malah mengawinkan putrinya itu dengan seorang penuntut ilmu bernama Abu Wada‘ah.

Ketika banyak yang menyayangkan hal itu dia malah mengatakan, “Putriku adalah amanat di atas pundakku dan aku mengambil tindakan ini demi kemaslahatannya.”

Seorang penduduk Madinah mengatakan tentang dirinya, “Dia adalah seorang yang menjadikan dunia sebagai kendaraan menuju akhirat dan membeli yang abadi dengan yang fana untuk diri dan keluarganya.

Demi Allah, dia bukan tidak mau mengawinkan putrinya dengan putra khalifah, atau memandangnya tidak berimbang, tetapi hanya khawatir putrinya akan tertimpa fitnah keduniaan.

Suatu ketika pernah ditanya oleh seorang sahabat, ‘Apakah engkau menolak lamaran khalifah, lalu mengawinkan putrimu dengan warga muslim biasa?’ Dia menjawab, ‘Putriku adalah amanat di atas pundakku dan aku mengambil tindakan ini demi kemaslahatannya.’

Dia ditanya lagi, ‘Apa maksudmu?’ Dia menjawab, ‘Coba pikirkan jika dia berpindah ke istana Bani Umaiyah, kemudian dikelilingi oleh perabot mewah, para pembantu dan dayang-dayang, lalu suatu saat nanti dia akan menjadi istri khalifah, bagaimana kira-kira nasib agamanya?’”

Mereka itu Berjalan Kaki di Atas Permukaan Bumi

Al-Baihaqiyy dan An-Naqoosy telah mentakhrijkan di dalam mu'jamnya dan Ibn An-Najjaar daripada Waaqid bin Salaamah daripada Yaziid Ar-Riqoosyiyy dari Anas Radhiyallahu Anhuma. Bahawa Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam telah bersabda (mafhuumnya) :

Sudikah aku kabarkan kepada kalian akan qaum-qaum yang mana mereka itu adalah bukan para anbiyaa` dan buka pula para syuhadaa`, (walhal) pada hari qiyaamat (nanti) para anbiyaa` dan para syuhadaa` merasa ghibtoh (iri hati) terhadap mereka itu lantaran manaazil (status- status) mereka (begitu dekat) dengan Allah, di atas minbar-minbar daripada nuur mereka dikenali.

Lalu mereka (para Sahabat r.ahum) Bertanya: siapakah mereka itu wahai Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam? Baginda menjawab (mafhuumnya): Al-ladziina yuhabbibuuna `ibaadaloohi ilAllahi, wa yuhabbibuunAllaha ilaa `ibaadihi, wa yamsyuuna `alal-ardhi nushan; artinya: (yaitu) orang-orang yang menjadikan para hamba Allah dicintai oleh Allah Subhanahuwataala, dan menjadikan Allah Subhanahuwataala dicintai oleh para hambanya, dan mereka itu berjalan kaki di atas (permukaan) bumi dalam hal keadaan memberikan nasihat.

Maka aku berkata: ini menjadikan Allah Subhanahuwataala dicintai oleh para hambanya, maka bagaimanakah mereka menjadikan para hamba Allah Subhanahuwataala dicintai oleh Allah Subhanahuwataala? Jawab baginda Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam (mafhuumnya): mereka itu menyuruh para hamba Allah dengan apa yang Allah Subhanahuwataala suka dan mereka itu mencegah para hamba Allah Subhanahuwataala daripada apa yang Allah Subhanahuwataala benci, maka apabila para hamba Allah Subhanahuwataala itu mentho'ati mereka lalu Allah `azza wa jalla menyintai mereka itu (yakni para hamba Allah itu).

Hayaatush-Shohaabah, juzu` 3, halaman 288 dan 289.

Risalah Fikir (229)

Hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu ia berkata, Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. bersabda, Tidak beriman seorang hamba (dalam hadis Abdul Warits, seorang laki-laki) hingga Aku lebih dicintainya daripada keluarga, hartanya, dan semua orang.

hadis dalam kitab Sahih Muslim : 62

Hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam. bersabda, Tanda kemunafikan adalah membenci sahabat Ansar dan tanda keimanan adalah mencintai sahabat Ansar.

hadis dalam kitab Sahih Muslim : 108

Hadis riwayat Al Barra' Radhiyallahu Anhu ia berkata, Nabi Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. bersabda tentang kaum Anshar, Yang mencintai mereka hanyalah orang yang beriman dan yang membenci mereka hanyalah orang munafik. Siapa yang mencintai mereka, maka Allah mencintainya, siap yang membenci mereka, maka Allah membencinya.

hadis dalam kitab Sahih Muslim : 110

Hadis riwayat Abu Said Al Khudhri Radhiyallahu Anhu, Dari Tarek bin Syihab ra. ia berkata, Orang yang pertama berkhotbah pada hari raya sebelum salat Id, adalah Marwan. Ketika itu ada seorang berdiri mengatakan, salat Id itu sebelum khotbah! Marwan menjawab, telah ditinggalkan apa yang ada di sana.

Abu Said berkata, Orang ini benar-benar telah melaksanakan kewajibannya, aku pernah mendengar Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. bersabda, Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, itu adalah selemah-lemah iman.

hadis dalam kitab Sahih Muslim: 70



Manasye King Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allahredha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (hadis: Malaikat Jibril Alayhis Sallam mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen