Monday 26 September 2011

Surat Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhu.

In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful. God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." (Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Surah Al-Asr ‘103: verse 1-3)


Sebuah riwayat diambil dari Al Bidayah wan Nihayah nya Ibnu Katsir bahwa Umar ibn Al‘Khatthab Radhiyallahu Anhu. Telah mengirim pasukan muslim di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqas yang dikirim untuk menaklukkan Parsi. Ia (Umar Radhiyallahu Anhu) menulis sepucuk surat kepadanya, sebagai berikut:

"Saya memerintahkan engkau dan pasukanmu untuk takut kepada Allah pada setiap saat karena taqwa adalah senjata terbaik menghadapi musuh dan strategi terbaik dalam peperangan. Dan saya memerintahkannmu dan pasukanmu untuk takut melanggar perintah Allah Subhanahuwataala lebih dari ketakutanmu terhadap musuhmu. Jika sebuah pasukan lebih takutkan berbuat dosa dari pada musuh mereka, Allah Subhanahuwataala akan memberikan kemenangan, untuk orang Muslim kemenangan adalah hasil dari ketidak taatan orang-orang kafir kepada Allah Subhanahuwataala.

Ingatlah bahwa tidak ada kekuatan kecuali bersama Allah walaupun mereka selalu lebih banyak dari kita dan memiliki persenjataan serta perlengkapan yang lebih baik. Jika kita sama seperti mereka dalam ketidak taatan kepada Allah Subhanahuwataala, mereka akan menaklukkan kita dengan senjata mereka yang lebih hebat dan jika tidak kita taklukkanlah mereka dengan adil, kita tidak dapat menaklukkan mereka dengan kekuatan.

Kalian harus belajar bahwa kalian memiliki beberapa Malaikat bersama dengan kalian yang melindungi kalian dan amal kalian. Jadi berhati-hatilah dan jangan melakukan suatu dosa ketika kalian sedang berjuang dijalan Allah Subhanahuwataala. Dan jangan jangan menganggap musuh kita lebih jelek dan mereka tidak dapat mendapat kemenangan dari kita walaupun mereka melakukan perbuatan dosa.

Banyak bangsa yang telah jatuh ke tangan bangsa yang lain yang mereka kurang memiliki keyakinan sebagaimana Bangsa Magi yang mendapat kemenangan dari Bani Israil ketika mereka melakukan perbuatan dosa.

Kalian harus meminta kepada Allah Subhanahuwataala kemenangan terhadap diri kalian sendiri sebagaimana kamu meminta kemenangan terhadap musuhmu.

Mintalah kepada Allah Subhanahuwataala untuk kami dan kamu sekalian".


Qunut Nazilah


Nu'man bin Bashir Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam bersabda, "Kalian akan melihat orang beriman saling berkasih sayang satu sama lain, mencintai satu sama lain, bersahabat satu sama lain bagaikan satu tubuh, Ketika satu bagian tangan (dari tubuh) merasakan sakit maka menyebabkan keseluruhan tubuh akan menjadi lemah dan merasa sakit"

(Misykat: 422)


Abu Musa Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa`Sallam bersabda, "Seorang beriman dengan orang yang beriman lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain (dengan tiap batanya)". (ibid)

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa`Sallam bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka jangan menyusahkannya dan jangan menyerahkannya (kepada musuh-musuh ketika ia di dalam kesusahan)". (ibid)

Amir bin Malik, ketua Bani Sulaym meminta bantuan kepada Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam untuk menghadapi musuh kaumnya. Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam menerima permohonannya dan mengirim 70 orang sahabat ra.hum. yang mereka terdiri dari para Quraa (ahli dalam bacaan Al-Qur'an).

Kaum Bani Sulaym kemudian menawan para sahabat Radhiyallahu Anhum di sebuah tempat yang bernama Bir Ma'una dan kemudian membunuh mereka. Jibril Alayhi Sallam memberitahukan peristiwa ini kepada Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dan menyampaikan pesan terakhir dari para Quraaa tersebut, "Kabarkan kepada orang-orang bahwa kami telah berjumpa Rabb kami.

Dia (Allah) redha kepada kami dan kami redha kepada-Nya". Kejadian ini telah menyebabkan Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam mengalami kesedihan yang mendalam. Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam telah membaca Qunut Nazilah selama satu bulan "mengutuk" Bani Sulaym

(Bukhari 2:586)


Berdasarkan riwaayat-riwayat di atas, para Fuqaha telah menggariskan bahwa apabila Ummt ini dalam krisis mereka harus mengikuti Sunnah untuk mengamalkan Qunut Nazila dan berdo'a untuk Ummat.


Sebab Kemenangan

Umar Radhiyallahu Anhu telah melantik Atbah bin Ghazwan sebagai panglima perang pasukan Muslimin di dalam peperangan melawan Parsi. Pada ketika itu beliau telah memberikan perintah.

"Senantiasalah menjaga ketaqwaan sedapat-dapatnya. Berhati-hatilah menjalankan keadilan apabila memberi keputusan. Kerjakan sholat pada waktu yang ditentukan dan berzikirlah memuji Allah sebanyak-banyaknya dan selalu".

Satu ketika terdapat seorang tawanan Romawi di dalam penjagaan orang-orang Islam. Terjadi satu keadaan dimana dia telah dapat meloloskan diri dan lari. Raja Heraklius bertanya kepadanya mengenai keadaan orang-orang Islam dengan mendalamnya supaya seluruh kehidupan mereka nampak jelas dihadapannya. tawanan ini juga melaporkan perkara yang sama dan menerangkan bahwa orang-orang itu adalah ahli ibadat diwaktu malam dan kesatria (da'i) disiang harinya.

Orang-orang Islam itu juga tidak mengambil sesuatu walaupun daripada Dhimmi (orang-orang kafir yang dibawah lindungan mereka) tanpa membayar harganya dan apabila mereka berjumpa, mereka memberi dan menjawab salam. Heraclius menjawab dengan cepat dan tajam bahwasanya jikalau laporan itu benar dan tepat, maka mereka akan menjadi raja-raja bagi kerajaan Heraclius.

Heraklius mempunyai jumlah tentera yang sangat banyak sedangkan jumlah orang-orang Islam sangat terbatas. Amr bin al-'As Radhiyallahu Anhu memberitahu Abu Bakar Siddiq Radhiyallahu Anhu mengenai keadaan tersebut. Sebagai jawabannya Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menulis:

"Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jikalau kamu terlibat didalam dosa-dosa".

Al-Baihaqy mentakhrijkan dari jalan Al-Waqidy, dari Abu-Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku ikut dalam perang Mu'tah. Ketika jarak antara kami dan orang-orang musyrik semakin dekat, kami boleh melihat jumlah pasukan yang amat banyak, membawa persenjataan lengkap, tameng, mengenakan pakaian sutra dan perhiasan emas.

Tsabit bin Arqam Radhiyallahu Anhu berkata saat melihatku membelalakkan mata, "Wahai Abu Hurairah, sepertinya engkau sedang melihat pasukan yang besar."

"Benar", jawabku.

Dia berkata, "Engkau tidak bergabung bersama kami di Badr. Kami menang saat itu bukan karena jumlah kami yang banyak".

(Al-Bidayah 4:244, Al-Ishabah 1:190)


Ahmad bin Marwan bin Maliky di dalam Al-Mujalasah, dari Abu Ishaq, dia berkata, "Tidak ada musuh yang bertahan lama jika berperang melawan para sahabat.

Ketika Heraklius tiba di Anthokia setelah pasukan Romawi dikalahkan pasukan Muslimin, dia bertanya, "Beritahukan kepadaku tentang orang-orang yang menjadi lawan kalian dalam peperangan. Bukankah mereka manusia seperti kalian?"

Mereka menjawab, "Ya".

"Apakah kalian yang lebih banyak jumlahnya ataukah mereka?"

"Kamilah yang lebih banyak jumlahnya dimanapun kami saling berhadapan".

"Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan?"

Seseorang yang dianggap paling tua menjawab, "Karena mereka biasa shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, menyuruh kepada kebajikan, mencegah dari kemungkaran dan saling berbuat adil di antara sesamanya.

Sementara kami suka minum arak, berzina, melakukan hal-hal yang haram, melanggar janji, suka marah, berbuat semena-mena, menyuruh kepada kebencian, melarang hal-hal yang diridhai Allah dan berbuat kerusakan di bumi".

Heraclius berkata, "Engkau membuatku percaya".

(Al-Bidayah 7:15, Ibnu Asakir 1:143)


Do'a setelah mengalahkan musuh

Apabila berhasil mengalahkan pihak musih dengan izin Allah, maka panglima pasukan muslimin perlu mengatur barisan pejuang-pejuangnya mengikuti kedudukan. Dia hendaklah berdiri dihadapan pasukannya degan keadaan membelakangi mereka lalu memuji dan bersyukur kepada Allah Ta'ala serta berdo'a:

"Wahai Allah! Segala puji untukMu, tidak ada sesiapa yang dapat mengubah apa yang telah Engkau tetapkan, dan tiada sesiapa dapat menetapkan apa yang ingin Engkau ubah. Tidak ada yang mendapat petunjuk apabila Dikau memberi kesesatan, dan tidak ada siapa yang boleh disesatkan manakala Engkau memberi petunjuk kepada mereka.

Dan tidak ada siapa yang dapat memberi jika Engkau yang mengha- langnya, dan tidak ada yang dapat menghalang jika Engkau yang memberi. Tidak ada sesiapa yang dapat mendekati jika Engkau menahannya, dan tidak ada yang dapat menahan jika Engkau ingin menurunkannya.

Wahai Allah! Berilah kepada kami dengan mencurah-mencurah keberkatanMu, rahmat, belas kasihan dan rezeki daripadaMu. Wahai Allah! Aku memohon kepadaMu akan belas kasihan ( rahmat) yang berkekalan tidak kufur atau habis.

Wahai Allah! Aku memohon kepadaMu akan kesejahteraan pada Hari Penuh Ketakutan. Wahai Allah! Aku memohon perlindunganMu daripada kejahatan-kejahatan yang ada padaku dan yang tidak padaku.

"Wahai Allah! Berilah kami untuk mencintai kebenaran dan penuhilah hati kami dengannya, dan jadikan kami benci, kepada kekufuran, akhlak yang rosak, dan dosa-dosa serta golongkan kami ke dalam orang-orang yang soleh.

Wahai Allah! Matikanlah kami di dalam Islam dan satukan kami dengan orang-orang soleh agar kami tidak diuji dan dihina.

Wahai Allah! Hancurkanlah orang-orang kafir yang mendustakan RasulMu dan menghalang orang lain kepada jalanMu, azablah mereka dengan azabMu yang perih lagi menyiksa. Wahai Tuhan yang Haq. Aamin

(Al-Hisnul Hasin)


Ketika Usaha Dakwah Terhenti

Ketika Khatijah Radhiyallahu Anha menemui suaminya Baginda Muhammad Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Ia (Khadijah Radhiyallahu Anha) baru saja pulang dari rumah Waraqah. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang ada pada suaminya, pada saat itu lah Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Mudatsir.

Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam kemudian berkata kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi untuk istirahat . . . Jibril Alayhis Sallam telah menyampaikan perintah Allah Subhanahuwataala kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku". "Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah Subhanahuwataala tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah Radhiyallahu Anha.

Demikianlah awal pengorbanan mereka yang tiada berhenti sehingga segala keperluan diri dikebelakangkan hanya untuk kemuliaan Islam. Hingga di akhir hayatnya Rasululah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam ketika ditemani oleh Jibril Alayhis Sallam yang datang untuk menghiburnya, Beliau Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam bertanya "bagaimana keadaan ummatku sepeninggalanku?". Keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir hayatnya.

Menjelang akhir hayatnya Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam mengirim satu jema'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak angkat Beliau, Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu.

Belum sampai ke tujuan Jema'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam. Akhirnya diputuskan jema'ah tersebut kembali ke Madinah.

Di Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung banyak dari sahabat Radhiyallahu Anhuma  yang tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu. Umar Radhiyallahu Anhu menghunuskan pedang berkeliling Madinah sambil berkata tidak mungkin Rasulullah Sallallaahu `Alayhi`waa`Sallam wafat, Utsman Radhiyallahu Anhu hanya diam tidak tahu berbuat apa . . . Sehingalah Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, setelah menjenguk jasad Baginda Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam, tampil ke depan menenangkan.


Singkat cerita . . .

Usaha da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jema'ah yang dipimpin Usamah Radhiyallahu Anhu belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:

1. Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam

2. Banyak orang kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.

3. Munculnya Nabi palsu, Musailamah Al Kahzab.

Tentara Rom dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu memutuskan untuk segera mengirim kembali jema'ah yang sempat tertunda untuk menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah Radhiyallahu Anhu.

Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah Radhiyallahu Anhu dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berkata,

"Belum lama jasad Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!

Jema'ah tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhuma. Semua sahabat yang tidak ada uzur diperintahkan untuk menyertai jema'ah tersebut. Amirul Mukminin, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu meminta kesediaan Usamah Radhiyallahu Anhu untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk tugas-tugas lain.

Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu ditugaskan memimpin 500 orang untuk menghancurkan Musailamah Al Kahzab, Umar Radhiyallahu Anhu ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka yang tidak mau membayar zakat. Sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang tua dan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sebagai Amirul Maukminin untuk mengendalikan keadaan di Madinah.

Seorang sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berkata "Wahai Amirul mukminin jika semua kita menyertai jema'ah ini bagaimana keadaan kota Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah Sallallaahu`Alayhi`waa`Sallam". Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berkata,

"Aku lebih rela istri-istri nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan usaha agama ini terhenti".

Akhirnya Jema'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Amirul Mukminin Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Di Madinah, semua sahabat yang uzur diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam untuk dapat kembali kepada Islam.

Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak 'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah Subhanahuwataala. Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan segala keperluan jema'ah masjid.

Dari usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk beberapa jema'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah, menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Islam dan Iman. Sehingga di dalam suatu riwayat selama 3 hari- 3 malam di kota Madinah tidak terdengar suara adzan.

Kembali kepada Jema'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu. Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah Radhiyallahu Anhu telah memerintahkan jema'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua telah selesai, ia, Usamah Radhiyallahu Anhu memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan.

Semua sahabat r.ahum tha'at. Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya. Di tempat yang lain Usamah Radhiyallahu Anhu memberikan perintah yang sama sehingga beberapa kali jema'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar lagi perbekalan serta tenda mereka.

Alim ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah. Allah Subhanahuwataala telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat Islam.

Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan barang-barang perbekalan sahabat Radhiyallahu Anhuma dapat menghitung berapa kekuatan pasukan Muslimin. Di tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga sepasukan yang besar pernah berkemah.

Sehingga akhirnya tentara musuh Islam tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat r.ahum sedemikian besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka tidak akan menang menghadapi orang Islam. Begitu juga Musailamah Al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.

3 perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah terhenti sebentar akhirnya dapat dikembalikan. Orang-orang kembali kepada Islam dan mau membayar zakat, Allah Subhanahuwataala tanamkan kembali ketakutan di dalam hati musuh Islam dan Allah Subhanahuwataala hancurkan nabi palsu.



Manasye King Hamden bolly WORD: 'Ingatlah apabila kalian dengar nama-nama para Sahabat hendaklah kalian sambut dengan penghormat dan penghargaannya dengan ucapan: Radhiyallahu Anhu dan bagi para Sahabiah: Radhiyallahu Anha. INGATLAH: Sesunguhnya para-para Sahabat telah mendapat RedhaAllah dipenjanjian Hudaibiyah'. Firman Allah Taala: . . . Radhiyallahu Anhu . . . (Allah redha akan mereka dan mereka pula redha akan Dia) (H.R. hadis panjang: Malaikat Jibril Alayhis Sallam mengutuk sesiapa yang mendengar nama Rasulullah dan para Sahabatnya tanpa menyambut dan memberi penghormatan pada mereka sebagai bakhil dan sombong dan Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam berkata: Ameen)

Hendaknya orang-orang yang mendengar, menyambut dan menjawab namanya para `para Sahabat Rasulullah Sallallaahu `Alayhi `waa `Sallam dengan penhormatan: Radhiyallahu Anhu dan kepada para Sahabiah dengan penghormatan: Radhiyallahu Anha serta menyampaikan pula kepada orang lain mudah-mudah kita bersama dapat lindungan Rahmat Allah Taala, Ameen